Abstract:
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan penentuan nilai shrinkage limit (batas susut) menggunakan dua metode, yaitu metode merkuri dan wax. Shrinkage limit, atau dalam Bahasa Indonesia merupakan batas susut, menurut ASTM D4943 adalah kadar air yang mengacu pada jumlah air yang diperlukan untuk mengisi seluruh pori (voids) pada tanah kering setelah penyusutan. Nilai kadar air pada batas susut ini mendekati nilai kadar air terendah di mana tanah masih tersaturasi selama proses pengeringan. Shrinkage limit dapat ditentukan dengan dua metode umum, yaitu wax dan merkuri. Penggunaan merkuri dalam proses penentuan shrinkage limit memiliki potensi bahaya terhadap kesehatan manusia dan lingkungan. Oleh karena itu perlu digunakan metode alternatif lain yang lebih ramah lingkungan dan aman bagi kesehatan manusia yaitu metode wax. Setiap metode dilakukan terhadap 10 sampel tanah yang terdiri dari kaolin, bentonite, dan 8 lokasi sampel tanah asli. Setiap kali percobaan menggunakan tiga buah sample tanah. Dari hasil pengujian didapat bahwa hasil batas susut dari metode wax sudah mendekati hasil dari metode merkuri. Nilai dari metode wax 0,97 kali lebih kecil dibanding hasil dari metode merkuri. Dari kedua metode tersebut pun bisa didapatkan nilai linear shrinkage yang mendekati hasil pengujian linear shrinkage berdasarkan BS1377-2:1990. Korelasi antara batas susut dengan % clay, % butir halus, batas plastis, dan shrinkage index memberikan hasil yang memuaskan. Korelasi dengan % clay, % butir halus, dan shrinkage index memperlihatkan ada hubungan berbanding terbalik yang cukup jelas. Sementara korelasi antara batas susut dengan batas plastis memperlihatkan adanya hubungan berbanding lurus yang juga cukup jelas dan memuaskan.