Abstract:
Untuk mengurangi dampak dari bencana banjir, pemetaan banjir menjadi sangat penting dalam
memberikan informasi tentang area yang rentan terhadap banjir. Informasi tersebut dapat digunakan
untuk mengurangi korban jiwa dan juga kerugian material. Dengan memanfaatkan program
komputer, pemetaan banjir dapat dilakukan dengan hasil yang cukup akurat dalam waktu yang
cukup singkat. Dalam proses pemetaan banjir, dibuat grid untuk mendiskretisasi area komputasi
yang ditinjau. Studi ini bertujuan untuk menemukan ukuran grid size yang optimal untuk
memastikan hasil dari pemetaan banjir memiliki hasil yang cukup akurat tanpa memerlukan biaya
komputasi yang terlalu tinggi. Dalam hal ini, software HEC-RAS dipakai untuk memetakan banjir
dalam kasus hipotetikal keruntuhan bendungan Parangjoho yang terletak di Jawa Tengah, Indonesia.
Peta topografi yang digunakan dalam studi ini berupa DEM (Digital Elevation Model), seperti
ALOS dan MERIT-Hydro, yang bersifat open-access. Ukuran grid 10 m, 20 m, 30 m, 50 m, 90 m,
120 m, dan 200 m digunakan dalam simulasi banjir. Dua jenis aliran banjir, Aliran Tidak Langgeng
Berubah Lambat Laun (GVUF) dan Aliran Tidak Langgeng Tiba-Tiba (RVUF) digunakan. Hasil
menunjukkan bahwa banjir akibat GVUF menggenangkan area yang lebih besar daripada banjir
akibat RVUF. Penemuan lain dari studi ini adalah tentang hubungan antara efisiensi dengan akurasi,
dimana dengan menggunakan ukuran grid yang lebih kecil, biaya komputasi naik secara
eksponensial, sementara dengan menggunakan ukuran grid lebih besar mengurangi akurasi.
Ditemukan bahwa dengan menggunakan ukuran grid 30 m, didapat hasil yang cukup akurat tanpa
biaya komputasi yang terlalu tinggi.