Abstract:
Arsitektur Indonesia kini cenderung berkiblat pada gaya barat. Seperti yang sering
dilihat pada beberapa bangunan di masa kini. Namun sayangnya penerapan gaya arsitektur
tersebut tanpa sama sekali memperhatikan unsur kelokalan. Hal ini akhirnya menimbulkan
kekhawatiran akan tergerusnya budaya dan identitas asli Indonesia. oleh karena itu,
penelitian terkait arsitektur yang berlandaskan pada nilai-nilai kelokalan dianggap perlu
untuk dilakukan. Arsitektur lokal sendiri memiliki berbagai macam ragam. Dalam
pertemuan IAI dengan komisi V DPR RI dan Ditjen Cipta Karya pada tanggal 19 Mei 2015
di Yogyakarta yang membahas gaya khususnya kearifan lokal yang mulai luntur akhirakhir
ini [Portal Arsitek, 2015]. Pada pertemuan tersebut, terdapat 5 langgam arsitektur
yang dianjurkan untuk menjadi rujukan dalam mendesain, yang salah satunya berupa candi.
Arsitektur percandian sendiri merupakan arsitektur peninggalan era Hindu-Budha yang
peninggalan budayanya masih terasa hingga sekarang. Kebudayaan Hindu-Budha menjadi
salah satu budaya yang telah mengakar pada negara Indonesia, sehingga pemalihan
arsitektur percandian menjadi salah satu opsi yang baik untuk menjadi rujukan, arsitektur
percandian sendiri sebenarnya telah diterpakan pada era Orde Baru. Gaya ini digunakan
pada beberapa bangunan penting, termasuk bangunan tinggi seperti gedung KBRI
Malaysia, gedung rektorat Universitas Indonesia, gedung Rektorat Universitas Brawijaya,
gedung kementerian Pariwisata, dan gedung Plaza Mandiri. Kelima bangunan ini akhirnya
dipilih menjadi objek studi yang dipilih untuk diteliti terkait transformasi representasi dari
arsitek percandian.
Penelitian ini dilakukan pada masa pandemi, sehingga terdapat beberapa
keterbatasan-keterbatasan. Data-data literatur dan objek studi dicari secara daring baik dari
buku, maupun sumber-sumber lain yang memungkinkan dan dapat dipercaya terkait
ketepatan datanya. Masing-masing objek studi dibandingkan dengan objek pembanding
dilihat dari unsur-unsur kuat percandian yang kemudian dianalisis perubahan bentuknya
berdasarkan teori transformasi lalu dilihat perubahan pemaknaannya.
Transformasi arsitektur percandian pada bangunan tinggi di era orde baru
cenderung dilakukan secara langsung, dimana arsitektur percandian menjadi sumber
inspirasi langsung. Dengan adaptasi dengan konteks masa kini, serta cenderung dilakukan
dengan cara tipologikal yang mencontoh bentuk asli arsitektur percandian dengan
dilakukan beberapa modifikasi. Perubahan pemaknaan arsitektur percandian pada objek
studi beragam, dipengaruhi fungsi dan faktor-faktor lain sehingga menciptakan pemaknaan
baru yang lebih sesuai dengan masanya. Penerapan arsitektur percandian ini sedikit
banyaknya dipengaruhi orde baru yang cenderung menekankan identitas nasional sebagai
respons perekonomian global, isu ideologi, dan faktor-faktor lainnya. Selain itu, penerapan
arsitektur percandian juga dilakukan berdasarkan inisiatif dari para perancangnya sendiri.