Abstract:
Pentingnya pencahaya alami dalam arsitektur berkaitan dengan manfaat
antropologis, baik itu kesejahteraan psikologis maupun fisiologis penggunanya. Selain itu,
mengingat fenomena perubahan iklim, pencahayaan alami juga mengurangi dan/atau
menghilangkan kebutuhan akan pencahayaan buatan pada siang hari yang dapat
mengurangi konsumsi energi bangunan secara keseluruhan. Namun, hasil positif yang
diharapkan dari merancang ruang dengan pencahayaan alami sering kali terhalang oleh
kurangnya perencanaan komprehensif yang didukung oleh data kuantitatif untuk mencapai
kinerja pencahayaan alami yang optimal di ruang tersebut.
Penelitian ini menilai kinerja pencahayaan alami secara kuantitatif melalui indeks
pencahayaan alami – Daylight Factor (DF) dan turunannya: average Daylight Factor (aDF)
dan Uniformity Ratio (UR), untuk secara komprehensif memetakan dan mengukur
kenyamanan visual secara keseluruhan dalam pemenuhan standar Building Research
Establishment Environmental Assessment Method (BREEAM) yang ditetapkan oleh
British Research Establishment (BRE). Atrium di Hotel Hilton Bandung merupakan atrium
semi-tertutup asimetris yang berorientasi ke Timur dengan elemen pembentuk ruang kaca
tembus pandang pada atap dan fasad atrium timur.
Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap; pertama, penelitian untuk menilai
kinerja pencahayaan alami dari studi kasus yang ada yang kemudian akan menjadi dasar
untuk modifikasi variabel (elemen dan konfigurasi) dalam penelitian komparatif kausal
untuk mencapai kinerja pencahayaan alami yang optimal, diikuti oleh penelitian korelasi
parametrik untuk menemukan proporsi atrium optimal yang mengoptimalkan kinerja
pencahayaan alami di ruang sekitar atrium semi-tertutup asimetris seperti pada studi
kasus.
Pengambilan data di lapangan menggunakan light meter untuk mengukur
iluminasi area serta pengukuran laser digital untuk dimensi atrium, sedangkan simulasi
pencahayaan alami penelitian ini dilakukan melalui perangkat lunak simulasi komputer
LightStanza. Model yang digunakan dalam simulasi ini dibuat di SketchUp yang memiliki
ekstensi langsung ke LightStanza.
Ditemukan bahwa atrium yang ada memberikan cahaya matahari yang cukup ke
area drop-off serta jembatan lantai pertama dan ketiga masing-masing berkode S1, W1,
dan W3 seperti yang ditunjukkan dengan pemenuhan semua standar aDF, DFT, dan UR.
Area yang teridentifikasi bermasalah adalah area resepsionis, ballroom dan foyer ruang
pertemuan masing-masing berkode N1, N3, dan S3.
Studi parametrik menunjukkan hubungan positif antara lebar atrium semi-tertutup
asimetris dengan kinerja average Daylight Factor (aDF) dan Daylight Factor Threshold
(DFT) dari ruang sekitar atrium itu sendiri. Sedangkan Uniformity Ratio (UR) tetap tidak
dipengaruhi signifikan oleh perubahan geometri. Ini menegaskan kembali gagasan bahwa
geometri atrium lebih signifikan dalam mempengaruhi kinerja pencahayaan alami
dibandingkan dengan pemantulan elemen di dalam atrium.