Abstract:
Setelah diadakan Konsili Vatikan ke-II, Gereja Katolik yang cenderung hangat dengan identitas langgam gotik kini bentuknya semakin beragam karena gereja mulai menerima keragaman dimuka bumi. Bentuk bangunan gereja yang beragam ini tidak memperlihatkan fungsinya sebagai rumah Tuhan. Bentuk gereja ada yang terlihat seperti mall, museum, stadion, dan sebagainya. Sedangkan fungsi utama gereja adalah untuk menampung kegiatan liturgi yang merupakan aktivitas simbolik untuk memuji dan menyembah Tuhan. Aktivitas dalam ruang mempengaruhi kebutuhan ruang, sama halnya dengan aktivitas liturgi yang bergerak secara linear sehingga mempengaruhi bentuk gereja yang linear. Paus Benediktus XVI menjadi khawatir dengan pemudaran makna pada gereja katolik, sehingga membuat kongregasi untuk membahas makna sakralitas pada gereja. Hal ini menjadi penting dibahas untuk melihat makna bentuk Gereja Katolik yang memusat apakah serupa dengan makna gereja yang sesuai dengan aktivitas linearnya. Dengan itu, tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkap makna zonasi liturgi Gereja Katolik Santo Ignatius Loyola dengan pendekatan Spektrum Makna.
Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif-deduktif. Metode pertama adalah, mengumpulkan data kolektif dengan merekam data objek studi dan membuka bangunan menjadi 3 zona ruang liturgi, yakni Narthex, Nave dan Sanctuary dengan teori property komposisi. Kedua, membuat acuan denah dan ruang liturgi Gereja Katolik dengan pendekatan Martasudjita, Eliade, Hoffman, Jones, dan Barrie. Ketiga, pengumpulan data analisis dengan wawancara triangulasi sumber kepada arsitek, pengguna gereja, dan pengunjung gereja dengan skala semantik. Keempat, menggunakan teori Spektrum Makna untuk mengungkap makna yang terdapat pada tiap zona ruang liturgi.
Hasil yang ditemukan adalah makna zonasi liturgi Gereja Santo Ignatius Loyola didominasi pada makna kesepakatan kolektif dengan adanya hubungan sebab-akibat buatan manusia. Makna dari hubungan sebab akibat buatan manusia menciptakan kesepakatan universal sehingga komposisi ruang dan elemen-elemen arsitektur membentuk gereja yang sangat erat dengan makna simbolik yang mendukung kegiatan liturgi dengan baik dan mengungkapkan makna nilai simbolik yang melandasi perayaan iman kegiatan liturgi. Dengan penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi untuk para arsitek teoritisi maupun praktisi, pengelola gereja, dan masyarakat awam untuk memahami komposisi ruang dan elemen-elemen arsitektural yang membentuk makna arsitektur Gereja Katolik.