Abstract:
Stasiun MRT Thamrin merupakan Stasiun MRT terpanjang di Jakarta dan menjadi penghubung
antara jalur utara-selatan dan timur-barat yang dibangun dengan metode konstruksi cut-and-cover
tunnel. Kondisi tanah di wilayah Jakarta Pusat khususnya Kawasan Thamrin didominasi oleh tanah
lunak yang tebal. Hasil penyelidikan tanah menunjukan bahwa tanah lunak di lokasi tersebut masih
berkonsolidasi (underconsolidating soils). Pada tanah lunak yang masih berkonsolidasi masih
terdapat tekanan air pori ekses yang tersisa. Besar tekanan air pori ekses dapat diperoleh
menggunakan CPTu. Tekanan air pori ekses memberikan gaya tambahan yang bekerja pada struktur
galian pada Stasuin MRT Thamrin. Dengan mengetahui pengaruh tekanan air pori ekses yang
bekerja pada dinding galian, potensi kegagalan yang diakibatkan oleh tekanan air pori ekses akibat
tanah masih berkonsolidasi dapat dihindari. Perbaikan tanah dilakukan pada dasar galian dengan
menggunakan Jet Grouting. Pada penelitian ini, terdapat tiga skenario, yaitu kondisi tanpa jet
grouting dan tanpa tekanan air pori ekses (skenario 1), kondisi dengan jet grouting dan tanpa tekanan
air pori ekses (skenario 2), serta kondisi dengan jet grouting dan tekanan air pori ekses (skenario 3).
Dari hasil analisis terhadap empat data uji CPTu di lokasi penelitian, diperoleh nilai derajat
konsolidasi sebesar 46% 75% dengan besar tekanan air pori ekses sebesar 20 kPa 40 kPa. Dengan
hasil simulasi menggunakan Metode Elemen Hingga dengan bantuan Program PLAXIS, diperoleh
bahwa penggunaan jet grouting dapat mengurangi deformasi dinding diafragma dari 20,8 cm
menjadi 10 cm dan mengurangi bending moment yang bekerja pada dinding diafragma dari 5631
kN.m menjadi 1797 kN.m. Dengan besar tekanan air pori ekses yang masih bekerja pada dinding
galian sebesar 30 kPa, diperoleh deformasi dinding diafragma meningkat dari 10 cm menjadi 11,3
cm dan bending moment yang bekerja pada dinding diafragma meningkat dari 1961 kN.m menjadi
2166 kN.m.