Abstract:
Kelompok minoritas LGBTQ menghadapi diskriminasi dan opresi yang semakin nyata, terutama sejak Donald Trump terpillih menjadi Presiden Amerika Serikat. Retorika kebencian, pembatasan akses dalam berbagai bidang, serta pemilihan orang-orang anti-LGBTQ dalam kursi pemerintahan, merupakan sebagian tindakan diskriminasi terhadap LBGTQ yang dilakukan pemerintah. Padahal, isu LGBTQ dan kesetaraan gender merupakan salah satu isu keamanan manusia, yang menjadi bagian dari isu keamanan non-tradisional dalam Ilmu Hubungan Internasional. Tindakan-tindakan diskriminasi tersebut menuai reaksi dari berbagai pihak, termasuk media. GLAAD sebagai sebuah media komunitas menjadi salah satu aktor yang berusaha merepresentasikan kelompok LGBTQ, ditengah diskriminasi yang terjadi di masyarakat Amerika Serikat. Penelitian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan penelitian “Bagaimana peran GLAAD dalam merepresentasikan kelompok LGBTQ pada masa pemerintahan Donald Trump?”. Konsep media komunitas dan teori konstruksi realita sosial digunakan dalam penelitian ini, untuk melakukan analisis terhadap tindakan representasi yang dilakukan GLAAD. Dari penelitian ini, ditemukan bahwa representasi LGBTQ yang dilakukan GLAAD terlihat dari beberapa perannya. Pertama, dalam melayani komunitas LGBTQ, GLAAD memfasilitasi akses partisipasi dalam media dan melalui media bagi kelompok LGBTQ. Kedua, sebagai alternatif media mainstream, GLAAD masih berusaha untuk melawan misrepresentasi yang dilakukan media mainstream. Ketiga, sebagai bagian dari civil society, GLAAD masih menghadapi tantangan dalam merepresentasikan LGBTQ di masyarakat. Keempat, sebagai media rhizomatic, GLAAD menjadi titik temu isu-isu marginal serta mencakup publik lokal dan global. Terakhir, GLAAD mencoba mekonstruksi realita sosial dengan melakukan representasi LGBTQ dalam masyarakat