Pengaruh financial distress, audit lag, debt default, dan ukuran perusahaan terhadap pemberian opini audit going concern : studi kasus perusahaan sektor properti dan real estate pada periode 2019-2020

Show simple item record

dc.contributor.advisor Rahayu, Puji Astuti
dc.contributor.author Soegiharto, Lulu Carissa
dc.date.accessioned 2023-04-10T02:05:26Z
dc.date.available 2023-04-10T02:05:26Z
dc.date.issued 2022
dc.identifier.other skp42872
dc.identifier.uri http://hdl.handle.net/123456789/14816
dc.description 24697 - FE en_US
dc.description.abstract Pandemi Covid-19 mengakibatkan kontraksi pertumbuhan ekonomi 2,07% pada tahun 2020, terutama karena kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang membatasi pergerakan ekonomi. Salah satu sektor yang paling terdampak adalah sektor properti dan real estate yang mengalami penurunan permintaan hingga 90% akibat terhambatnya proses pembangunan infrastruktur, penurunan pengunjung mall dan tempat wisata, dan penurunan daya beli masyarakat. Bahkan, menurut Wakil Ketua Umum DPP REI (Real Estate Indonesia) Hari Ganie, pada tahun 2019 sektor properti sudah tertekan dikarenakan melemahnya pertumbuhan ekonomi, sulitnya perizinan, aturan perpajakan dan perbankan. Apabila kondisi ini berlangsung terus-menerus, kelangsungan hidup atau going concern dari perusahaanperusahaan sektor ini akan terancam. Ketika terdapat keraguan akan kelangsungan hidup perusahaan, auditor akan menerbitkan opini audit going concern dalam laporan audit. Biasanya penerbitan opini ini dihindari karena ditemukan terkait dengan peluang kebangkrutan yang meningkat. Terdapat beberapa faktor yang bisa mempengaruhi penerbitan opini audit going concern, diantaranya financial distress, audit lag, debt default, dan ukuran perusahaan. Perusahaan dengan kondisi financial distress berpeluang lebih besar mendapatkan opini audit going concern dibandingkan yang tidak. Audit lag merupakan durasi antara tanggal laporan keuangan dengan tanggal penerbitan laporan audit, dimana perusahaan dengan audit lag yang semakin lama berpeluang lebih besar mendapatkan opini audit going concern. Selanjutnya, perusahaan dengan status debt default menunjukkan perusahaan mengalami masalah likuiditas yang cukup parah sehingga berpeluang lebih besar mendapatkan opini audit going concern. Perusahaan yang lebih besar berpeluang lebih kecil mendapatkan opini audit going concern karena dianggap lebih mampu mempertahankan kelangsungan hidupnya dibandingkan perusahaan kecil. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh financial distress, audit lag, debt default, dan ukuran perusahaan terhadap pemberian opini audit going concern dengan studi kasus pada perusahaan properti dan real estate untuk periode 2019-2020. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif menggunakan metode hypothetico-deductive method. Populasi objek penelitian adalah 80 perusahaan sektor properti dan real estate yang terdaftar di BEI. Pemilihan sampel menggunakan metode purposive sampling yang menghasilkan 50 perusahaan sampel. Dilakukan uji hipotesis penelitian dengan analisis regresi logistik data panel. Uji statistik dalam penelitian ini menggunakan software Eviews versi 12. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa variabel financial distress dan ukuran perusahaan masing-masing secara parsial tidak berpengaruh terhadap pemberian opini audit going concern. Sebaliknya, audit lag dan debt default masing-masing secara parsial berpengaruh terhadap opini audit going concern. Variabel financial distress, audit lag, debt default, dan ukuran perusahaan secara simultan disimpulkan berpengaruh terhadap pemberian opini audit going concern. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan bisa menggunakan variabel lain yang berpotensi mempengaruhi opini audit going concern, ataupun menambah jumlah sampel, sehingga didapatkan analisis yang lebih komprehensif terkait faktor-faktor yang mempengaruhi opini audit going concern.
dc.description.sponsorship Pandemi Covid-19 mengakibatkan kontraksi pertumbuhan ekonomi 2,07% pada tahun 2020, terutama karena kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang membatasi pergerakan ekonomi. Salah satu sektor yang paling terdampak adalah sektor properti dan real estate yang mengalami penurunan permintaan hingga 90% akibat terhambatnya proses pembangunan infrastruktur, penurunan pengunjung mall dan tempat wisata, dan penurunan daya beli masyarakat. Bahkan, menurut Wakil Ketua Umum DPP REI (Real Estate Indonesia) Hari Ganie, pada tahun 2019 sektor properti sudah tertekan dikarenakan melemahnya pertumbuhan ekonomi, sulitnya perizinan, aturan perpajakan dan perbankan. Apabila kondisi ini berlangsung terus-menerus, kelangsungan hidup atau going concern dari perusahaanperusahaan sektor ini akan terancam. Ketika terdapat keraguan akan kelangsungan hidup perusahaan, auditor akan menerbitkan opini audit going concern dalam laporan audit. Biasanya penerbitan opini ini dihindari karena ditemukan terkait dengan peluang kebangkrutan yang meningkat. Terdapat beberapa faktor yang bisa mempengaruhi penerbitan opini audit going concern, diantaranya financial distress, audit lag, debt default, dan ukuran perusahaan. Perusahaan dengan kondisi financial distress berpeluang lebih besar mendapatkan opini audit going concern dibandingkan yang tidak. Audit lag merupakan durasi antara tanggal laporan keuangan dengan tanggal penerbitan laporan audit, dimana perusahaan dengan audit lag yang semakin lama berpeluang lebih besar mendapatkan opini audit going concern. Selanjutnya, perusahaan dengan status debt default menunjukkan perusahaan mengalami masalah likuiditas yang cukup parah sehingga berpeluang lebih besar mendapatkan opini audit going concern. Perusahaan yang lebih besar berpeluang lebih kecil mendapatkan opini audit going concern karena dianggap lebih mampu mempertahankan kelangsungan hidupnya dibandingkan perusahaan kecil. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh financial distress, audit lag, debt default, dan ukuran perusahaan terhadap pemberian opini audit going concern dengan studi kasus pada perusahaan properti dan real estate untuk periode 2019-2020. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif menggunakan metode hypothetico-deductive method. Populasi objek penelitian adalah 80 perusahaan sektor properti dan real estate yang terdaftar di BEI. Pemilihan sampel menggunakan metode purposive sampling yang menghasilkan 50 perusahaan sampel. Dilakukan uji hipotesis penelitian dengan analisis regresi logistik data panel. Uji statistik dalam penelitian ini menggunakan software Eviews versi 12. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa variabel financial distress dan ukuran perusahaan masing-masing secara parsial tidak berpengaruh terhadap pemberian opini audit going concern. Sebaliknya, audit lag dan debt default masing-masing secara parsial berpengaruh terhadap opini audit going concern. Variabel financial distress, audit lag, debt default, dan ukuran perusahaan secara simultan disimpulkan berpengaruh terhadap pemberian opini audit going concern. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan bisa menggunakan variabel lain yang berpotensi mempengaruhi opini audit going concern, ataupun menambah jumlah sampel, sehingga didapatkan analisis yang lebih komprehensif terkait faktor-faktor yang mempengaruhi opini audit going concern. en_US
dc.language.iso Indonesia en_US
dc.publisher Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi - UNPAR en_US
dc.subject audit lag en_US
dc.subject debt default en_US
dc.subject financial distress en_US
dc.subject opini audit going concern en_US
dc.subject ukuran en_US
dc.subject perusahaan en_US
dc.title Pengaruh financial distress, audit lag, debt default, dan ukuran perusahaan terhadap pemberian opini audit going concern : studi kasus perusahaan sektor properti dan real estate pada periode 2019-2020 en_US
dc.type Undergraduate Theses en_US
dc.identifier.nim/npm NPM6041801109
dc.identifier.nidn/nidk NIDN0403058402
dc.identifier.kodeprodi KODEPRODI604#Akuntansi


Files in this item

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record

Search UNPAR-IR


Advanced Search

Browse

My Account