Abstract:
Vanilin merupakan komponen penyusun ekstrak vanilla yang digunakan pada industri makanan, farmasi
dan parfum. Permintaan vanilin yang tinggi tidak dapat diimbangi oleh produksi vanilla yang terbatas.
Hal ini mendorong diproduksinya vanilin sintetik yang salah satunya berbahan dasar eugenol. Eugenol
merupakan komponen utama penyusun minyak cengkeh yang banyak terdapat di Indonesia. Pemanfaatan
daun gugur dari perkebunan cengkeh yang masih terbatas dan impor vanilin yang dilakukan dari
berbagai negara melatarbelakangi didirikannya pabrik vanilin berkapasitas 483 ton di Indonesia.Proses
produksi vanilin dari daun cengkeh terdiri dari persiapan bahan baku, isolasi minyak daun cengkeh,
isolasi eugenol dari minyak daun cengkeh melalui saponifikasi dan ekstraksi cair-cair, sintesis vanilin
kasar dari eugenol, dan pemurnian vanilin kasar. Produk yang dihasilkan berupa serbuk vanilin
berwarna putih kekuningan dengan kemurnian 98,9 %. Sistem utilitas penunjang operasi pabrik ini
meliputi air, listrik, steam, udara tekan, thermal fluid, dan bahan bakar yang meliputi batu bara dan
IDO. Limbah yang dihasilkan pabrik ini terdiri dari limbah cair yang mengandung senyawa organik
minyak cengkeh dan senyawa garam, limbah padat berupa ampas daun dan abu hasil pembakaran
boiler, limbah gas yang berasal dari cerobong asap boiler dan limbah B3 sisa pelarut kimia yang
digunakan. Pabrik vanillin direncanakan berumur 15 tahun dengan modal investasi yang dibutuhkan
sebesar US$25.875.946. Analisis kelayakan pembangunan pabrik menunjukkan nilai NPV sebesar
US$28.038.475, ROI sebesar 38,31%, BEP pada kapasitas produksi 48%, PBP selama 7 tahun, serta IRR
sebesar 17,04%. Berdasarkan hasil analisis tersebut, disimpulkan bahwa pabrik ini layak untuk
didirikan.