Abstract:
Arsitektur Jengki merupakan sebuah gaya arsitektur yang berkembang di Indonesia pada
tahun 1950-an. Kemunculannya ditandai oleh semangat nasionalisme arsitek-arsitek di Indonesia
pada saat itu dalam menciptakan sebuah gaya arsitektur baru yang terlepas dari arsitektur kolonial
Belanda. Sebutan arsitektur jengki sendiri berasal dari istilah ‘yankee’ yang berarti orang Amerika
Pada masa itu pengaruh amerika kepada dunia sangat kuat, terutama arsitektur. Oleh karena itu,
masuknya arsitektur jengki yang dipengaruhi oleh amerika menandakan pudarnya pengaruh Belanda
di Indonesia dalam segi arsitektur. Dalam perjalanannya, awal mula kemunculan arsitektur jengki
berlokasi di daerah Kebayoran Baru, Jakarta Selatan yang saat itu direncanakan untuk menjadi kota
satelitnya Jakarta. Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Budi Sukada, seorang pengamat
arsitektur jengki dari Universitas Indonesia. Sayangnya, saat ini arsitektur jengki terasa mulai
menghilang dan dilupakan oleh peradaban. Karakteristik yang terdapat pada arsitektur jengki
memiliki pun keunikan tersendiri sehingga menarik untuk dikaji kandungannya melalui kacamata
estetika.
M Bloc Space dan Rumah BPM, merupakan dua contoh bangunan bergaya arsitektur jengki
yang berlokasi di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan dan masih di preservasi secara baik.M Bloc Space
sendiri merupakan sebuah ruang publik. Fungsi bangunan ini berupa bangunan retail yang
menggunakan metode adaptive reuse dengan konsep nostalgic restoration dalam rancangannya.
Sedangkan Rumah BPM merupakan sebuah rumah tinggal dan masih mempertahankan fungsi
aslinya berupa rumah tinggal. Kedua objek ini menarik untuk dikaji kandungan estetikanya
dikarenakan penempatannya di daerah Kebayoran Baru sehingga dianggap menjadi pelopor dan
memiliki keaslian arsitektur jengki berdasarkan apa yang dikemukakan oleh Budi Sukada. Oleh
karena itu, penelitian mengenai kandungan estetika pada kedua objek menggunakan teori
Architecture as Art an Esthetic Analysis karya Stanley Abercrombie agar pengkajiannya bisa dapat
menyeluruh dengan metode penelitian deskriptif kualitatif.
Hasil analisis mengatakan bahwa dari kedua objek, sebagian besar mengandung estetika
yang dimuat dalam Teori Abercrombie walaupun masih ada poin-poin yang belum memenuhi.
Dalam proses analisis, ditemukan estetika pada karakteristik arsitektur kedua objek yang sesuai
dengan karakteristik arsitektur jengki menurut para ahli.
Dapat disimpulkan bahwa kedua objek sebagian besar sudah memenuhi poin-poin
kandungan estetika menurut teori Abercrombie dan lebih condong kepada karakteristik arsitektur
jengki yang dikemukakan oleh Budi Sukada. Namun dapat ditemukan estetika serupa pada
karakteristik arsitektur jengki menurut Josef Prijotomo. Ciri-ciri arsitektur jengki menurut para ahli
hanya terkandung sebagian kecil dalam poin-poin bahasan estetika menurut Stanley Abercrombie.
Dengan diberlakukannya penelitian ini, dapat ditemukan pula karakteristik-karakteristik lainnya
yang kemudian bisa menambah khazanah karakteristik baru pada arsitektur jengki.