Abstract:
Salah satu perusahaan yang bergerak di sektor furnitur di Kota Bandung adalah
PT Chitose Internasional Tbk dengan fokus utama pada produksi kursi. Dewasa ini,
ketertarikan konsumen pada produk furnitur telah berubah kepada produk dengan kategori
hotel, banquet, dan restaurant. Jika dilihat dari data historis produksi tahun 2020, kategori
yang paling banyak diproduksi adalah kategori hotel, banquet, dan restaurant sebanyak
150.191 produk dan memiliki jumlah cacat terbesar yaitu sebesar 1.856 produk cacat. Dari
kategori hotel, banquet, dan restaurant, produk yang paling banyak diproduksi adalah kursi
Caesar N sebanyak 115.379 produk dan juga memiliki jumlah cacat terbesar yaitu sebesar
1.548 produk cacat. Pada penelitian ini akan diteliti cacat yang dihasilkan dari proses
finishing dan asssembly. Terdapat 7 jenis cacat yang dihasilkan dari proses finishing yaitu
cacat kebakar, melotok, kuning, bintik, belang, cacat bahan, dan karat. Lalu terdapat juga
5 jenis cacat yang dihasilkan dari proses assembly yaitu cacat kotor, board lepas,
kerut/sobek, penyok, dan gagal las. Dalam pengumpulan data yang dilakukan, didapatkan
bahwa persentase defective dari proses finishing dan assembly secara berturut-turut
adalah 2,31% dan 1,08%.
Six Sigma DMAIC merupakan metode yang digunakan dalam mengurangi cacat
pada produk. Pada metode ini dilakukan 5 tahap yaitu define, measure, analyze, improve,
dan control. Ukuran penilaian performansi dari metode Six Sigma adalah Defect per Million
Opportunities (DPMO) dan level sigma. Dari perhitungan yang dilakukan, nilai DPMO yang
dimiliki oleh perusahaan pada proses finishing dan assembly secara berturut-turut adalah
3537 dan 2259, sedangkan level sigma yang dimiliki perusahaan pada proses finishing dan
assembly secar berturut-turut adalah 4,193 dan 4,340. Usulan perbaikan yang
diimplementasikan dilakukan selama 25 hari guna memperbaiki mutu produk.
Hasil dari implementasi metode Six Sigma DMAIC pada proses finishing dan
assembly di PT Chitose Internasional Tbk untuk produk Caesar N adalah penurunan
persentase defective untuk proses finishing dan assembly secara berturut-turut menjadi
1,51% dan 0,55%, penurunan nilai DPMO untuk proses finishing dan assembly secara
berturut-turut menjadi 2296 dan 1106 dan kenaikan level sigma untuk proses finishing dan
assembly secara berturut-turut menjadi 4,334 dan 4,560.