Abstract:
Penyebab utama kecelakaan dalam lingkup perkeretaapian disebabkan oleh
kesalahan manusia. Kesalahan manusia tersebut ditimbulkan dari adaya faktor kelelahan.
Kelelahan yang dirasakan pengemudi disebabkan oleh faktor pekerjaan yang monoton
serta kondisi kekurangan tidur dengan manifestasi kantuk dan penurunan kewaspadaan.
Salah satu upaya mitigasi yang dapat dilakukan pengemudi untuk penurunan
kewaspadaan adalah dengan meminum kopi. Kopi jenis arabika dan robusta merupakan
jenis kopi yang paling umum dikonsumsi di Indonesia. Kopi robusta memiliki kadar kafein
yang lebih banyak dibandingkan arabika, namun kopi arabika memiliki kandungan lain
seperti gula dan asam klorogenat (CGA) yang lebih banyak dibandingkan robusta. Ada
dugaan bahwa kopi arabika dapat memberikan efek yang berbeda terhadap peningkatan
kewaspadaan seseorang.
Penelitian ini dilakukan dengan simulator kereta api yang melibatkan 8 orang
partisipan dengan durasi simulasi mengemudi selama 120 menit dalam kondisi yang
terkontrol. Partisipan menjalani eksperimen dengan tiga perlakuan, yaitu konsumsi kopi
robusta, konsumsi kopi arabika, dan tidak mengkonsumsi kopi. Tingkat kewaspadaan
diukur dengan indikator Psychomotor Vigiliance Task (PVT) dengan durasi 5 menit dengan
indikator mean RT, mean 1/RT, dan %minor lapses dan periode pegukuran tiap 30, 60,
dan 120 menit. Tingkat kantuk partisipan diukur menggunakan Karolinska Sleepiness
Scale (KSS) pada awal dan akhir eksperimen. Perubahan rata-rata denyut jantung (HR)
diukur menggunakan Fitbit Charge 2.0 di sepanjang sesi mengemudi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis kopi berpengaruh signifikan terhadap
mean RT (p-value = 0,011), mean 1/RT (p-value = 0,007), %minor lapses (p-value < 0,001),
HR (p-value < 0,001), dan KSS (p-value = 0,003). Periode pengukuran sendiri tidak
menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap HR dan KSS (p-value > 0,050).
Hubungan antara jenis kopi dan periode pengukuran memiliki pengaruh yang signifikan
pada pengujian %minor lapses (p-value = 0,032), HR (p-value = 0,001), KSS (p-value <
0,001), dan tidak signifikan pada pengukuran mean RT dan mean 1/RT (p-value > 0,050).
Hasil pengujian perbandingan berpasangan (Pairwise Comparison) menyatakan bahwa
jenis kopi robusta menunjukkan perbedaan yang signifikan pada indikator mean RT (pvalue
= 0,034), mean 1/RT (p-value = 0,026), %minor lapses (p-value < 0,001), HR (pvalue
= 0,002), dan KSS (p-value = 0,007), sedangkan jenis kopi arabika hanya memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap indikator HR (p-value = 0,002).
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan penggunaan kopi robusta lebih efektif untuk
mitigasi penurunan kewaspadaan akibat kekurangan tidur dan monotonitas saat
mengemudikan simulator kereta api. Hal ini disebabkan karena kandungan kafein yang
lebih besar pada kopi robusta dibandingkan kopi arabika. Meskipun perbedaan
kandungannya tidak terlalu besar, namun ternyata efeknya cukup signifikan untuk
mengatasi kantuk dan penurunan kewaspadaan.