Penerapan Low Impact Development dalam perencanaan drainase perkotaan di kawasan Ibu Kota Negara Baru Indonesia

Show simple item record

dc.contributor.advisor Riyanto, Bambang Adi
dc.contributor.advisor Sanjaya, Stephen
dc.contributor.author Cristobal, Jose
dc.date.accessioned 2023-02-07T05:40:40Z
dc.date.available 2023-02-07T05:40:40Z
dc.date.issued 2022
dc.identifier.other skp42639
dc.identifier.uri http://hdl.handle.net/123456789/14389
dc.description 6732 - FTS en_US
dc.description.abstract Ibu kota negara (IKN) Indonesia akan berpindah dari Jakarta ke daerah belum terbangun di Kalimantan Timur. Pembangunan dibagi menjadi 3 tahap, dengan tahapan terdekat ialah tahap 1A. Sistem drainase pada kawasan ibu kota baru ini menjadi salah satu aspek penting dalam proses pembangunan dari kondisi alami menjadi kondisi terbangun yang akan menyebabkan limpasan bertambah secara signifikan. Proses perubahan ini dapat menyebabkan dampak negatif yang perlu diantisipasi. Salah satu langkah yang dapat menekan dampak negatif tersebut adalah dengan Water Sensitive Urban Drainage (WSUD). Salah satu aplikasi dari WSUD ialah Low Impact Development (LID). LID yang digunakan pada studi ini ialah Green Roof dan Rainwater Harvesting. Pemodelan dilakukan dengan menggunakan hujan periode ulang 10 tahun pada 7 simulasi untuk salah satu kawasan IKN. Hidrograf banjir ditinjau pada titik outlet 1 (SOF1) dan titik outlet 2 (SOF2), yang kemudian akan dievaluasi berdasarkan skenario-skenario yang telah disusun. Skenario 1, 2, dan 3 menerapkan Green Roof dengan masing-masing 50%, 75%, dan 100% dari luas lahan terbangun, sedangkan skenario 4 dan 5 menerapkan Rainwater Harvesting dengan rasio volume terhadap lahan sebesar masing-masing 54m3 dan 12 m3 untuk tiap 200 m2 lahan. Pada SOF1, debit puncak pada konsisi alami adalah 8,793 m3/s dengan volume limpasan sebesar 155.079,521 m3. Pada Skenario 1, 2, dan 3 debit puncak bernilai 14,015 m3/s, 12,042 m3/s, dan 11,176 m3/s, sementara volume limpasan bernilai 177.136,497 m3, 164.074,665 m3, dan 158.371,327 m3. Pada Skenario 4 dan 5, debit puncak sebesar 10,479 m3/s dan 10,762 m3/s sementara volume limpasan sebesar 139.762,723 m3 dan 156.428,847 m3. Sedangkan untuk SOF2, hasil simulasi menunjukan karakteristik penurunan yang serupa dengan SOF 1 untuk tiap skenario yang diterapkan. Dari hasil tersebut disimpulkan bahwa, limpasan dengan penerapan Green Roof 100% dari luas lahan terbangun dapat mendekati kondisi alami, tetapi skenario ini tidak mungkin direalisasikan. Di sisi lain, limpasan dengan penerapan Rainwater Harvesting yang menyerupai kondisi alami ditunjukkan pada Skenario 4, tetapi membutuhkan luas lahan yang besar. Oleh karena itu, Skenario 5 disusun dengan menurunkan luasan Rainwater Harvesting tanpa menyebabkan peningkatan debit puncak yang signifikan. Studi ini menyimpulkan bahwa Skenario 5 merupakan skenario yang paling optimal karena limpasannya mirip dengan kondisi alami dan dapat diterapkan di lapangan. en_US
dc.language.iso Indonesia en_US
dc.publisher Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik - UNPAR en_US
dc.subject PCSWMM en_US
dc.subject Sistem Drainase en_US
dc.subject LID en_US
dc.subject Ibu Kota Baru Indonesia en_US
dc.subject Kalimantan Timur, en_US
dc.subject Hidrograf Banjir en_US
dc.title Penerapan Low Impact Development dalam perencanaan drainase perkotaan di kawasan Ibu Kota Negara Baru Indonesia en_US
dc.type Undergraduate Theses en_US
dc.identifier.nim/npm NPM6101801202
dc.identifier.nidn/nidk NIDK8964210021
dc.identifier.nidn/nidk NIDN0421079301
dc.identifier.kodeprodi KODEPRODI610#Teknik Sipil


Files in this item

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record

Search UNPAR-IR


Advanced Search

Browse

My Account