Abstract:
Ibu kota negara (IKN) Indonesia akan berpindah dari Jakarta ke daerah belum terbangun di
Kalimantan Timur. Pembangunan dibagi menjadi 3 tahap, dengan tahapan terdekat ialah tahap 1A.
Sistem drainase pada kawasan ibu kota baru ini menjadi salah satu aspek penting dalam proses
pembangunan dari kondisi alami menjadi kondisi terbangun yang akan menyebabkan limpasan
bertambah secara signifikan. Proses perubahan ini dapat menyebabkan dampak negatif yang perlu
diantisipasi. Salah satu langkah yang dapat menekan dampak negatif tersebut adalah dengan Water
Sensitive Urban Drainage (WSUD). Salah satu aplikasi dari WSUD ialah Low Impact Development
(LID). LID yang digunakan pada studi ini ialah Green Roof dan Rainwater Harvesting. Pemodelan
dilakukan dengan menggunakan hujan periode ulang 10 tahun pada 7 simulasi untuk salah satu
kawasan IKN. Hidrograf banjir ditinjau pada titik outlet 1 (SOF1) dan titik outlet 2 (SOF2), yang
kemudian akan dievaluasi berdasarkan skenario-skenario yang telah disusun. Skenario 1, 2, dan 3
menerapkan Green Roof dengan masing-masing 50%, 75%, dan 100% dari luas lahan terbangun,
sedangkan skenario 4 dan 5 menerapkan Rainwater Harvesting dengan rasio volume terhadap lahan
sebesar masing-masing 54m3 dan 12 m3 untuk tiap 200 m2 lahan. Pada SOF1, debit puncak pada
konsisi alami adalah 8,793 m3/s dengan volume limpasan sebesar 155.079,521 m3. Pada Skenario 1,
2, dan 3 debit puncak bernilai 14,015 m3/s, 12,042 m3/s, dan 11,176 m3/s, sementara volume
limpasan bernilai 177.136,497 m3, 164.074,665 m3, dan 158.371,327 m3. Pada Skenario 4 dan 5,
debit puncak sebesar 10,479 m3/s dan 10,762 m3/s sementara volume limpasan sebesar 139.762,723
m3 dan 156.428,847 m3. Sedangkan untuk SOF2, hasil simulasi menunjukan karakteristik penurunan
yang serupa dengan SOF 1 untuk tiap skenario yang diterapkan. Dari hasil tersebut disimpulkan
bahwa, limpasan dengan penerapan Green Roof 100% dari luas lahan terbangun dapat mendekati
kondisi alami, tetapi skenario ini tidak mungkin direalisasikan. Di sisi lain, limpasan dengan
penerapan Rainwater Harvesting yang menyerupai kondisi alami ditunjukkan pada Skenario 4,
tetapi membutuhkan luas lahan yang besar. Oleh karena itu, Skenario 5 disusun dengan menurunkan
luasan Rainwater Harvesting tanpa menyebabkan peningkatan debit puncak yang signifikan. Studi
ini menyimpulkan bahwa Skenario 5 merupakan skenario yang paling optimal karena limpasannya
mirip dengan kondisi alami dan dapat diterapkan di lapangan.