dc.description.abstract |
Charles Prosper Wolff Schoemaker dan Henri Maclaine Pont adalah dua orang arsitek
berkebangsaan Belanda yang berkarya di Hindia Belanda pada periode 1900-1940. Pada periode ini
identitas dari arsitektur Nusantara tengah dicari oleh beberapa arsitek Belanda karena perkembangan
pemikiran baru arsitektur yang melibatkan kelokalan setempat. Pemikiran ini lahir karena pemikiran
yang lama kurang meletakkan arsitektur dengan konteks geografisnya, dimana pemikiran Belanda
atau “barat” masih mendominasi perancangan. Kedua arsitek tersebut, Schoemaker dan Pont
merupakan tokoh yang cukup lantang dalam menyuarakan pemikiran dan idealismenya tentang
identitas arsitektur Nusantara sehingga mereka sering berdebat dalam beberapa forum dan juga
penulisan, menginisiasi ide masing-masing untuk mengembangkan identitas arsitektur Nusantara.
Keduanya diperkirakan menggunakan pendekatan arsitektur Nusantara namun dari sudut pandang
yang berbeda.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif dengan cara
mendeskripsikan objek – objek terpilih dari kedua sosok tersebut serta menjajaran objek dan
dibandingkan dengan teori arsitektur Nusantara oleh Prof. Josef Prijotomo. Data dikumpulkan
dengan observasi lapangan serta studi pustaka. Data dikelompokkan berdasarkan variabel penelitian,
yaitu tata ruang, struktur – konstruksi – material, dan sosok bangunan. Teknik analisis dilakukan
dengan mengaitkan data yang ada dengan teori arsitektur Nusantara serta diintepretasi juga dengan
teori lain yang mendukung penelitian untuk membaca arsitektur Nusantara pada objek studi.
Hasil penelitian ini menghasilkan suatu kesimpulan, yaitu dalam karyanya, Schoemaker
menafsirkan arsitektur Nusantara dengan pendekatan fungsional dan estetika, dimana fungsional
tersebut terkait dengan kenyamanan ruang dan kaitannya dengan iklim lokal. Unsur estetika dibuat
dengan menempelkan ornamen yang berkaitan dengan candi. Pendekatan perancangan yang
dilakuan oleh Schoemaker adalah modern – lokal, yaitu pemikiran modern dan menambahkan unsur
lokal. Berkebalikan dengan Schoemaker, Pont menafsirkan dan mengaplikasikan arsitektur
Nusantara lebih menyeluruh. Pont lebih membaca konteks lokal sampai ke akarnya dengan
mempelajari sejarah dan budaya agar arsitektur tersebut kontestual dengan alam, sosial, dan budaya
lokal. Dalam karyanya, Pont hampir selalu mengaplikasikan teori arsitektur Nusantara, baik pada
tatanan ruang, struktur – konstruksi – material, ataupun sosok bangunannya, sehingga bisa
disimpulkan pendekatan merancang Pont adalah lokal – modern yaitu mengembangkan dan
memperkaya arsitektur lokal dengan kemajuan ataupun pemikiran modern yang bisa mendampingi
dan melengkapi arsitektur Nusantara. |
en_US |