Abstract:
Bangunan lama selalu memiliki memori dan mencerminkan periode waktu tertentu atau
peristiwa. Sepanjang umur bangunan, beberapa memori memudar dan yang lainnya bertahan.
Dengan melakukan proses preservasi menciptakan keterhubungan antara ‘lama’ dan ‘baru’.
Langkah preservasi – konservasi salah satunya adalah adaptive-reuse. Konsep adaptive-reuse
merupakan salah satu upaya konservasi dengan cara mengalih fungsi bangunan bersejarah dengan
fungsi baru. Untuk memperkuat keterhubungan yang ‘lama’ dan ‘baru’, fungsi baru yang dapat
diterapkan pada bangunan adalah museum yang menceritakan memori bangunan lama. Memori
dapat dipahami melalui pengalaman ruang yang tercipta pada ruang pameran museum. Salah satu
bangunan lama yang di preservasi dan mengalami proses adaptive-reuse menjadi museum adalah
De Tjolomadoe yang terletak di Karanganyar, Kota Solo. Proses revitalisasi De Tjolomadoe
bertujuan untuk menghidupkan dan mengingat kembali kemegahan Pabrik Gula Colomadu.
Keunikan bentuk dan ruang De Tjolomadoe menjadi objek yang menarik untuk diamati dan
diteliti secara mendalam mengenai kaitannya terhadap masa lalunya. Dengan demikian, penelitian
bertujuan untuk mengetahui, mendeskripsikan, dan memeroleh esensi pengalaman ruang dengan
penekanan elemen pembentuk ruang Museum De Tjolomadoe.
Metode yang digunakan untuk penelitian ini adalah metode deskripsi kualitatif. Data
diperoleh dari studi literatur, pengamatan langsung objek studi, wawancara dengan para ahli yang
memahami objek studi, dan foto. Penelitian dilakukan mengacu pada pendekatan fenomenologis
oleh M Reza Shirazi yang dimulai dari melakukan perjalanan fenomenologis pada objek studi lalu.
Peneliti kemudian berusahan untuk mendeskripsikan karya arsitektur berdasarkan elemen
pembentuk ruangnya menggunakan teori properti dan komposisi. Setelah membaca karya arsitektur,
penulis mereduksi karya arsitektur dengan mengupas elemen pembentuk ruang memori De
Tjolomadoe saat masih menjadi pabrik. Memori pabrik kemudian dijadikan sebagai studi alternatif
yang telah dibaca elemen pembentuk ruangnya menggunakan teori properti dan komposisi. Agar
penelitian tidak inter subjektif, penelitian juga dilakukan dengan mewawancarai beberapa informan
yang telah mengalami pengalaman ruang De Tjolomadoe dan memori Tjolomadoe terutama, pada
Ruang Stasiun Gilingan, Ruang Stasiun Penguapan – Masakan, dan Ruang Stasiun Ketelan.
Hasil analisis menunjukan bahwa elemen pembentuk ruang berperan penting dalam
pembentukan suasana. Suasana pabrik yang diciptakan pada ruang dalam De Tjolomadoe didukung
oleh proses revitalisasi yang sangat menjaga bentuk aslinya. Material yang digunakan pada elemen
pelingkup ruangan juga menyerupai dengan material aslinya baik tekstur maupun warnanya.
Kerusakan yang membekas pada elemen pelingkup juga dipertahankan untuk mengingat memori
bangunan. Elemen pelingkup yang menggambarkan suasana pabrik dapat dilihat dari bentuk atap
dengan struktur baju yang terekspos, pemilihan material atap, dan keberadaan mesin pabrik gula.
Dari hasil analisis yang telah dijelaskan, pendekatan fenomenologis yang digunakan dalam
penelitian sudah sesuai dengan pendekatan fenomenologi M Reza Shirazi. Museum de Tjolomadoe
berhasil memberikan pengalaman pabrik yang dapat di identifikasikan dalam segi bentuk elemen
pembentuk ruangnya.