dc.description.abstract |
Pembuatan rubanah merupakan salah satu bentuk pemanfaatan lahan yang efektif dan
banyak digunakan di kota-kota padat, namun rubanah memiliki masalah yang bersumber pada 1 hal
yaitu tidak adanya pencahayaan alami yang masuk ke dalam ruangan. Upaya untuk memasukkan
pencahayaan alami ke dalam rubanah salah satunya dengan menggunakan light shaft yang menerus
hingga ke dasar rubanah. Light shaft mampu memasukkan pencahayaan alami secara efektif dan
tidak membutuhkan ruang yang terlalu besar, namun karena terletak di bawah tanah dan berbentuk
lurus, cahaya yang masuk kerap kali tidak terdistribusi dengan sempurna. Aspek kolektor cahaya
berperan besar dalam memasukkan pencahayaan alami diantaranya adalah dimensi bukaan dan
bidang pantul. Salah satu rubanah yang memiliki fungsi yang fleksibel sebagai ruang pamer dan
serbaguna adalah RUBANAH Underground Hub yang berlokasi di Jakarta Pusat. Objek studi ini
memiliki 2 lantai rubanah dengan denah persegi panjang yang orientasi sisi panjangnya menghadap
ke utara dan selatan.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh perubahan dimensi bukaan
dan bidang pantul pada light shaft terhadap performa pencahaayan alami. Melalui penelitian ini
diharapkan mampu mengetahui variasi light shaft yang mampu memasukkan pencahayaan alami
sesuai dengan standar DF dari BREEAM.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimental menggunakan perangkat
lunak Archicad dan SketchUp untuk membuat model 3D serta LightStanza untuk menjalankan
simulasi pencahayaan alami. Variasi dimensi bukaan yang disimulasikan yaitu dari 0,65 m hingga
2,60 m dengan perubahan setiap 0,65 m sesuai dengan aspect ratio, sementara untuk bidang pantul
digunakan bidang pantul dengan kemiringan 430 dan posisi X dan Y yang saling berselang-seling.
Diperoleh kesimpulan pada variasi dimensi W bahwa perbesaran dimensi W berbanding
lurus dengan ADF, perbesaran dimensi W juga berbanding lurus dengan persentase luas area
ADF≥2%, dan perbesaran dimensi W juga berbanding lurus dengan tingkat kemerataan
pencahayaan alami. Namun, perbesaran dimensi W berbanding terbalik dengan ΔADF. Sementara
semakin besar dimensi W semakin jauh penetrasi cahaya alami namun dapat berpotensi
menyebabkan ketidaknyamanan visual pada area dekat dengan light shaft akibat nilai ADF yang
berlebih.
Diperoleh kesimpulan juga bahwa keberadaan bidang pantul justru mengurangi nilai ADF,
variasi X memiliki nilai ADF terendah untuk lantai B1 dengan ADF, sementara variasi Y memiliki
nilai ADF terendah untuk lantai B2. Bidang pantul juga meningkatkan persentase luas area ADF≥2%
kecuali pada kelompok variasi B (B-X dan B-Y). Variasi asal, variasi X, dan variasi Y secara
berturut-turut mengalami peningkatan ΔADF. Untuk penetrasi cahaya terdapat peningkatan kecuali
pada variasi B dimana justru terjadi penurunan penetrasi pencahayaan alami. Sedangkan dengan
adanya bidang pantul mampu meningkatkan distribusi cahaya secara signifikan sehingga ruangan
mampu memenuhi standar kemerataan 0,3. |
en_US |