Abstract:
Di era globalisasi ini, kebangkitan warisan budaya melalui arsitektur dianggap
sebagai cara untuk menghidupkan kembali identitas lokal dan menciptakan rasa
kepemilikan. Arsitektur global yang muncul akibat globalisasi menghasilkan bangunan
yang tidak beradaptasi dengan perubahan lingkungan sosial, budaya, iklim, ekonomi
dan/atau konteks politik, dan begitu pula sebagian besar arsitektur kontemporer yang
muncul di Indonesia. Research Artistic Design + architecture Headquarters (RAD+ar HQ)
mengangkat konsep Micro Tropicality, merespon tuntutan aspek regional pada tapak
seperti iklim tropis, topografi, dan juga pengalaman penggunanya. Tujuan dari penelitian
ini adalah untuk menelusuri relevansi konsep regionalisme kritis dalam perkembangan
arsitektur modern dan memahami RAD+ar HQ sebagai objek penelitian melalui
pendekatan paham regionalisme kritis.
Jenis penelitian adalah bersifat kualitatif, yang berangkat dari data, observasi
fenomena, dan fakta-fakta di lapangan. Teori-teori dari para ahli digunakan sebagai acuan
untuk mengarahkan penelitian sesuai dengan isu dan fenomena yang terjadi di lapangan.
Data yang didapatkan kemudian dijelaskan dengan deskripsi yang kemudian dianalisis
secara interpretatif.
Hasil penelitian menunjukkan RAD+ar HQ memenuhi semua syarat prinsip
regionalisme kritis dalam segi karakteristik desain. Dari kelima prinsip tersebut, terdapat
tiga aspek yang paling menonjol dalam arsitektur RAD+ar HQ yaitu sebagai berikut.
1. Lebih dari episode skenografi atau historisisme sentimental,
2. Performa bangunan terkait respons terhadap kondisi dan iklim lokal, dan
3. Penekanan pada pengalaman taktil.