dc.description.abstract |
Pasar rakyat memiliki fungsi yang penting dalam kehidupan sosial dan ekonomi di
Indonesia. Selain menjadi pusat interaksi antar warga, pasar juga menjadi wadah jual-beli
masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dan berperan dalam
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kenyamanan termal menjadi aspek yang penting
dalam desain pasar untuk meningkatkan preferensi masyarakat agar gemar berbelanja di
pasar rakyat daripada tempat lainnya. Lebih dari itu, pasar juga memiliki kecenderungan
untuk menjadi pusat keramaian pada jam-jam tertentu dan identik dengan kesan lembap,
sehingga desain yang menunjang kenyamanan termal perlu diprioritaskan.
Pasar Rahmat yang berlokasi di Kota Samarinda, Kalimantan Timur adalah pasar
rakyat yang berupaya untuk memberikan kenyamanan termal bagi pengguna, terlihat dari
penggunaan bentuk ruangan yang panjang dan tipis serta adanya bukaan ventilasi alami di
beberapa lokasi, Namun demikian, beberapa pedagang kios mengaku bahwa kondisi pasar
terasa panas dan gerah. Sensasi panas tersebut dapat disebabkan oleh material atap seng
yang mudah memancarkan panas. Menarik untuk diteliti hubungan antara variabel bentuk
ruangan, desain ventilasi, dan material atap terhadap kondisi termal yang terbentuk. Lebih
dari itu, penelitian ini juga berupaya untuk memberikan optimasi desain ventilasi dan
material atap untuk meningkatkan kenyamanan termal di Pasar Rahmat.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif evaluatif dengan pendekatan
kuantitatif dan kualitatif. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk menjelaskan fenomena
termal pada saat pengukuran lapangan dan simulasi. Sedangkan pendekatan kualitatif
digunakan untuk menganalisis pola pergerakan udara menggunakan software Autodesk
Flow Design.
Dua dari tiga pengukuran di pagi hari menunjukkan bahwa kondisi kenyamanan
termal Pasar Rahmat masuk ke kategori hangat nyaman, sedangkan hasil pengukuran pada
siang hari tidak memenuhi standar kenyamanan yang ideal. Simulasi pergerakan udara
mendeteksi adanya masalah seperti minimnya pertukaran udara di seluruh lantai akibat
desain bukaan ventilasi yang tidak optimal dari aspek letak dan ukuran. Optimasi desain
ventilasi dilakukan dengan menambahkan bukaan ventilasi yang memungkinkan terjadinya
pertukaran udara. Simulasi radiasi material atap menunjukkan pengaruh material atap
terhadap nilai temperatur pancaran, terlihat dari penurunan suhu yang terjadi ketika
material atap diberi lapisan insulasi. |
en_US |