Abstract:
Halte Harmoni merupakan halte tersibuk dan halte terbesar di Indonesia. Maka dari itu, penting bagi Halte
Harmoni sebagai halte terbesar dan tersibuk di Indonesia untuk dapat memenuhi memenuhi kebutuhan seluruh
penggunanya. Salah satu pengguna halte yang memerlukan perhatian khusus adalah kelompok lansia (lanjut usia).
Lansia adalah fase terakhir dalam kehidupan dimana manusia mengalami berbagai perubahan fisik, psikologis,
maupun sosial. Perubahan yang terjadi antara lain berupa penurunan kesehatan dan penampilan. Walaupun
kelompok lansia sudah mulai mengalami penurunan kesehatan, namun lansia masih dituntut untuk beraktivitas. Hal
tersebut dapat dilihat dari usia lansia yang masih tergolong sebagai usia produktif yaitu usia 60-65 tahun. Selain itu,
peningkatan usia harapan hidup di beberapa dekade terakhir telah mengakibatkan meningkatnya populasi lansia.
Diprediksi jumlah orang berumur diatas 60 tahun akan meningkat dua kali lipat dalam waktu 2006 hingga 2050,
dimana jumlah orang tua di seluruh dunia akan lebih banyak dari jumlah orang dibawah umur 14 tahun. Maka dari
itu penelitian ini ingin untuk memastikan bahwa Halte Harmoni Transjakarta memiliki desain yang dapat mewadahi
dan mengakomodasi lansia khususnya mereka yang kemampuannya sudah menurun.
Metode penelitian kualitatif menjadi metode yang digunakan dalam melakukan penelitian ini. penelitian
kualitatif adalah sebuah metode penelitian yang memposisikan sang peneliti sebagai pengamat dunia. Penelitian ini
menggunakan teks, interview, foto, rekaman atau materi lain yang memungkinkan sang peneliti untuk memahami
kondisi dan lingkungan tersebut. Penelitian ini merupakan penelitian evaluatif. Penelitian evaluatif adalah rangkaian
kegiatan membandingkan realisasi masukan (input), keluaran (output) dan hasil (outcome). Dalam penelitian ini
dilakukan penelitian actual versus planned performance comparisons. Data yang didapatkan pada lapangan
dibandingkan dengan standar yang ada dan persepsi lansia.
Hasil analisis yang dilakukan dengan menggunakan parameter penilaian dan peraturan menteri yang
dibandingkan terhadap pengamatan dan wawancara lansia yang beraktivitas di Halte Harmoni, dapat disimpulkan
bahwa Halte Harmoni cenderung ramah terhadap pengguna lansia dengan kemampuan mobilitas yang sudah
menurun karena Halte Harmoni memiliki luas bangunan yang tidak terlalu besar dan menggunakan ramp sebagai
sirkulasi vertikal utamanya. Disisi lain, walaupun penurunan kemampuan sensori pada lansia tidak terjadi secara
signifikan berdasarkan hasil wawancara dengan responden, terdapat responden yang mengalami kesulitan untuk
berorientasi secara mandiri pada Halte Harmoni. Hal tersebut juga sesuai dengan hasil analisis berdasarkan
parameter penilaian dan peraturan menteri bahwa Halte Harmoni kurang aksesibel untuk pengguna dengan
keterbatasan sensori. Berdasarkan penilaian menggunakan parameter penilaian yang disusun menggunakan prinsip
desain universal, peraturan pemerintah, hasil wawancara dan uji performa yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa
Halte Harmoni ramah terhadap pengguna dengan keterbatasan mobilitas namun kurang ramah kepada pengguna
dengan keterbatasan sensori. Menjawab pertanyaan pada identifikasi masalah, Halte Harmoni Transjakarta
memenuhi keterbatasan kaum lansia dengan menggunakan ramp sebagai sirkulasi utama di dalam halte dan
menyediakan fasilitas seperti tempat duduk prioritas.