Abstract:
Pariwisata massal memberi dampak buruk bagi kebudayaan lokal, salah satunya dengan banyaknya bangunan baru yang didirikan tanpa memperhatikan budaya setempat sehingga arsitektur lokal tertutup oleh arsitektur bergaya universal. Bangunan Mads Lange di Capella Ubud dipilih sebagai objek penelitian karena merupakan salah satu bangunan modern yang masih memperhatikan budaya setempat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana budaya Bali berupa wujud ide, wujud aktivitas, dan wujud artefak diterapkan dalam bangunan Mads Lange. Hasil penelitian menunjukkan bahwa budaya Bali dilestarikan dalam bangunan dengan cara adaptasi dan preservasi. Mads Lange dirancang berdasarkan bangunan jineng sehingga memiliki elemen arsitektur yang serupa, namun dengan material dan konstruksi modern dan penambahan ornamen. Adaptasi budaya lokal ke dalam modernitas zaman menunjukkan sikap Desa Kalapatra. Penempatan bangunan Mads Lange di tapak menunjukkan penerapan filosofi Manik Ring Cucupu yaitu pada keharmonisannya dengan lingkungan alam sekitar. Tri Hita Karana diterapkan pada interior bangunan yaitu pada keterbukaan bangunan, lukisan Kamasan di langit-langit, dan layout kursi. Rwa Bhineda diterapkan pada area masuk bangunan. Tri Angga diterapkan dengan penggunaan ragam ornamen berdasarkan hierarki kesakralan bangunan yaitu kepala, badan, dan kaki. Sikap panganjali dipreservasi oleh para staff. Nawa Sanga dan Sanga Mandala tidak dilestarikan.