Penilaian kinerja keuangan PT. Airasia, Tbk. selama terjadinya COVID-19 (periode 2018-2020)

Abstract

Pandemi COVID-19 adalah kondisi yang sedang terjadi pada saat ini dan memberikan dampak negative kepada beberapa sektor industru termasuk industri transportasi udara. Dampak yang dirasakan oleh industri trasnportasi pada masa pandemi ini dapat terlihat dar i adanya penurunan penumpang sebesar 59,15% untuk domestik dan 77,11% untuk internasional. Di Indonesia sendiri terdapat 14 maskapai, tetapi dengan kondisi yang berbeda-beda maskapai penerbangan yang cukup terpuruk adalah PT.AirAsia. Dimana PT.AirAsia mengalami penurunan pendapatan hingga 76%. Namun sebelum adanya pandemi, perusahaan sudah mengalami masalah dengan kinerja keuangannya dikarenakan beban operasional yang selalu melebihi pendapatan yang diperoleh oleh perusahaan. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kinerja keuangan PT. AirAsia selama terjadinya pandemi COVID-19 periode 2018-2020 dengan menggunakan analisis vertical dan horizontal serta analisis rasio. Metode penelitian y a n g digunakan adalah metode studi deskriptif dengan teknik pengumpulan data berupa studi dokumentasi. Sumber data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari situs resmi Bursa Efek Indonesia berupa laporan keuangan PTAirAsia periode 2018-2020. Berdasarkan hasil penelitian dari analisis vertikal dan horizontal, kinerja keuangan PTAirAsia sebelum pandemi dapat dikatakan cukup membaik karena memiliki komposisi hutang yang menurun serta ada peningkatan pendapatan meskipun per usahaan masih mengalami kerugian. Kemudian pada masa pandemi ini kinerja keuangan perusahaan semakin memburuk dikarenakan pendapatan perusahaan yang menurun secara signifikan serta komposisi hutang yang semakin besar. Berdasarkan evaluasi analisis rasio, kinerja keuangan perusahaan sebelum pandemi maupun di masa pandemi mengalami penurunan. Hal tersebut dapat dilihat dari rasio likiduitas, rasio solvabilitas, rasio aktivitas, dan rasio profitabilitas yang menurun yang menunjukan perusahaan tidak likuid dan tidak solvabel serta perusahaan masih belum mampu untuk mengelola asetnya dengan baik.