Abstract:
Jepang merupakan negara yang identik dengan budaya kulinernya yang sehat dengan menggunakan bahan baku yang segar. Makanan Jepang sering digunakan sebagai pola diet sehat alternatif bagi masyarakat, terutama di AS setelah dikeluarkannya McGovern Report 1970. Walaupun makanan Jepang cukup populer di AS sebagai pola diet sehat, belum sepenuhnya dapat diterima karena penggunaan bahan mentah yang dianggap kurang umum sehingga banyak penyesuaian yang terjadi mulai dari penggunaan bahan yang dipilih, hingga cara menikmatinya. Munculnya kekhawatiran dari publik Jepang bahwa makanannya yang di AS itu bukan merupakan bentuk autentik dari kuliner khas Jepang. Dengan demikian cara yang dipilih oleh Jepang untuk mengatasi permasalahan ini adalah dengan gastrodiplomasi washoku yang secara resmi dilakukan pada tahun 2013 di tahun yang sama dengan pengakuan UNESCO terhadap washoku. Terdapat berbagai cara untuk mendukung gastrodiplomasi ini salah satunya adalah dengan menggunakan Washoku World Challenge (WWC). Dari kasus ini dapat ditarik sebuah pertanyaan penelitian berupa “Bagaimana Peran WWC dalam Mendukung Gastodiplomasi Jepang di AS pada tahun 2013-2019”. Penelitian ini melihat peran WWC dalam mendukung gastrodiplomasi Jepang yang signifikansinya dapat dilihat dari kontribusi dari masing-masing aktor yang terlibat dalam WWC seperti aktor pemerintah, kelompok bisnis, akademisi, dan media. Penelitian ini menggunakan konsep diplomasi multijalur, gastrodiplomasi, dan juga nation branding. Kesimpulan yang ditarik adalah bahwa peran WWC adalah sebagai penekanan branding baru Jepang dan penetapan standard autentikasi makanan Jepang di AS melalui peran masing-masing aktornya.