Abstract:
Sejak COVID-19 menyebar di Indonesia, kegiatan di Gereja Katolik X Pontianak
yang masih bersifat offline adalah sakramen ekaristi mingguan, ekaristi harian, tobat,
pernikahan, dan latihan paduan suara. Sebagian umat enggan mengikuti kegiatan secara
offline karena sistem kerja gereja tersebut belum sepenuhnya aman sehingga
memungkinkan umat yang mengikuti kegiatan offline terpapar COVID-19. Oleh karena itu,
penelitian ini bertujuan untuk meninjau sistem kerja setiap kegiatan yang menyebabkan
perilaku tidak aman serta solusinya sehingga umat lebih berani mengikuti kegiatan
secara offline serta memperkecil kemungkinan klaster COVID-19.
Metode yang digunakan untuk memperbaiki sistem kerja adalah DO IT method
(define, observe, intervene, dan test). Tahap define dilakukan dengan wawancara,
pengamatan dan Risk Assessment untuk mengetahui sistem yang memungkinkan umat
terpapar COVID-19. Tahap observe dilakukan dengan Critical Behavior Checklist (CBC)
dan Managerial Safety Leadership Index untuk mengetahui perilaku aman dan tidak
aman. Tahap intervene dilakukan dengan model ABC (activator, behavior, dan
consequence). Activator merupakan usulan perbaikan yang dapat diimplementasikan.
Behavior merupakan pengamatan terhadap activator. Consequence merupakan
pengolahan data pengamatan dengan bantuan CBC dan Managerial Safety Leadership
Index. Tahap test dilakukan dengan membandingkan nilai dari tahap observe dan
intervene.
Sistem kerja yang tidak aman diberikan activator yang telah disepakati pihak
gereja berupa pembetulan stiker jarak duduk 1 meter di gereja, menyediakan termometer
stand (sakramen ekaristi harian, sakramen pernikahan, dan latihan paduan suara),
pengecekan bukti vaksinasi serta pengumuman terkait protokol kesehatan dengan
penjagaan yang ketat saat menerima hosti (sakramen ekaristi mingguan), pengingat
untuk membawa hand sanitizer (sakramen ekaristi harian dan pernikahan) dan membuka
pintu ruangan setiap kegiatan berlangsung (pengakuan dosa dan latihan paduan suara).
Seluruh activator meningkatkan persentase safe behavior dari 1% hingga 44,97%. Selain
itu, activator untuk Ketua gugus COVID-19 adalah mengingatkannya untuk memperingati
umat terkait protokol kesehatan secara langsung maupun melalui pengumuman sehingga
persentase visible leadership meningkat 25%.