Abstract:
Diketahui dengan baik bahwa pada tahun 2008, gelembung keuangan telah
terwujud karena ledakan gelembung perumahan Amerika Serikat. Krisis finansial
ini, khususnya market bubble, disebabkan karena deregulasi CDO dan subprime
mortgages. Penelitian ini mendekonstruksi dan menganalisis gagasan utama
tentang bagaimana limpahan Resesi Ekonomi Global 2008 telah mempengaruhi
Asia Tenggara, khususnya Indonesia, Malaysia, dan pasar saham domestik
Singapura. Dalam makalah akademis ini, penulis mencoba mengidentifikasi
karakteristik utama pasar keuangan Indonesia, Malaysia, dan Singapura bersama
dengan kebijakan yang telah mereka terapkan untuk pulih dari tumpahan
Gelembung Perumahan AS. Rumusan skripsi ini berdasarkan pertanyaan penelitian
yang dirumuskan sendiri oleh penulis. Pertanyaan penelitian utama dari makalah
ini adalah “apa dampak GER 2008 terhadap IMS dan kebijakan apa yang telah
mereka ambil?” Metodologi penelitian umum dilakukan melalui penelitian
deskriptif komparatif ekstensif yang menggunakan data kuantitatif dan kualitatif.
Melalui sarana ini akan memudahkan pembaca untuk lebih memahami masalah
umum dan jawaban atas pertanyaan penelitian itu sendiri. Melalui penggunaan teori
merkantilisme oleh Adam Smith dan teori Krisis Keuangan oleh Joseph
Schumpeter, penulis dapat menyimpulkan beberapa pengertian sehubungan dengan
menjawab pertanyaan penelitian utama. Dalam tulisan ini, penulis berpendapat
bahwa pemulihan IMS melalui beberapa kebijakan dan beberapa di antaranya
mencakup kebijakan yang dinilai dalam negeri dan kerjasama ekonomi. Beberapa
data penting yang ditemukan adalah bahwa pasar saham Indonesia mengalami
penghentian total dalam aktivitas perdagangan setelah penurunan 10%. Hal ini
menyebabkan pertumbuhan ekonomi 6,1% di tahun 2008, di bawah 6,3% di tahun
sebelumnya. Malaysia menghadapi karakteristik serupa. Indeks saham Malaysia
turun lebih dari 30 persen antara Q3 2008 dan Q1 2009. Karena itu mereka juga
harus menghentikan sementara aktivitas perdagangan seperti di Indonesia. Karena
GER 2008, FDI ke Malaysia turun 98% persen dari RM15,89 miliar di Q2 menjadi
RM0,34 miliar di Q3 2008. Terakhir, Singapura mengalami resesi terburuk dari
ketiga subjek. Indeks saham Singapura berada di sekitar 1700 poin (pada Q4 - 2008)
yang kira-kira setengah dari tahun sebelumnya (3500 poin Q4 - 2007). Dalam
tulisan ini dijelaskan bahwa karena karakteristik tersebut, ketiga negara harus
melaksanakan kebijakan yang berusaha menarik FDI dari negara lain. Untuk
melakukannya, mereka memiliki beberapa cara yang mencakup mempromosikan
perusahaan untuk berinvestasi melalui kebijakan keuangan dan moneter,
memperkuat integrasi dan kerja sama dengan negara tetangga, dan sebagainya.