Are being more religious means more ethical? evidence among civil servants in Bandung City

Show simple item record

dc.contributor.advisor Rachmawati, Tutik
dc.contributor.author Firdiawan, Henry Wishly
dc.date.accessioned 2022-04-11T01:28:25Z
dc.date.available 2022-04-11T01:28:25Z
dc.date.issued 2021
dc.identifier.other skp41036
dc.identifier.uri http://hdl.handle.net/123456789/12887
dc.description 9523 - FISIP en_US
dc.description.abstract Penelitian ini bertujuan untuk mencari pengaruh antara etika beragama dengan etika public pada ASN di Kota Bandung. Etika beragama adalah prinsip moral yang memandu agama dan yang menetapkan standar untuk perilaku apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Pada variabel Etika beragama terdapat enam indikator yang digunakan yaitu (1) Menghindari seluruh larangan Allah SWT, (2) Mematuhi petunjuk Nabi Muhammad, (3) Melaksanakan Salat, (4) Membayar zakat fitrah, (5) Melaksanakan Puasa Ramadan, dan (6) Melaksanakan Ibadah Haji jika mampu. Etika Publik merupakan cerminan dari standar atau norma yang menentukan baik buruknya perilaku, tindakan dan keputusan yang benar atau salah untuk mengarahkan kebijakan publik dalam rangka penyelenggaraan tanggung jawab pelayanan publik. Pada variabel Etika Publik menggunakan 14 indikator yang dikategorikan menjadi 3 dimensi yaitu (1) Kualitas pelayanan public, (2) modalitas, dan (3) Tindakan integritas public. Pada dimensi kualitas pelayanan public menggunakan 7 indikator yaitu (1) Penghargaan diri, (2) Melebihi ekspektasi, (3) Pembenahan, (4) Visioner, (5) Perbaikan, (6) Peduli, dan (7) Pemberdayaan. Pada dimensi modalitas menggunakan 3 indikator yaitu (1) Akuntabilitas, (2) Transparansi, (3) Netralitas. Pada dimensi Tindakan integritas public menggunakan 4 indikator yaitu (1) Komitmen, (2) Disiplin, (3) Tanggung Jawab, dan (4) Jujur. Penelitian ini menggunakan metode Kuantitatif dengan studi kasus yaitu Aparatur Sipil Negara di Kota Bandung dengan jumlah dinas sebanyak 22 dinas. Penelitian ini menggunakan formula Slovin untuk mendapatkan jumlah sampel sebanyak 400 sampel dari populasi sebanyak 9156 ASN. Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah cluster random sampling yang membagi populasi ke beberapa grup atau dinas sebagai klaster. Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah melakukan penyebaran kuesioner serta melakukan studi dokumen yang diberikan oleh ASN di Kota Bandung. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semakin religius seseorang maka semakin kurang etisnya dengan menggunakan uji hipotesis dengan menganalisis Critical Ratio (CR) di atas 1,96 dan nilai P (Probabilitas) di bawah 0,05 dengan faktor loading 0,994. Dengan demikian pembebanan faktor ini didukung oleh masing-masing pembebanan faktor dari setiap variabel konstruk pada setiap variabel laten. Hubungan terkuat untuk etika publik adalah PE9 (Transparansi) yang memiliki pembebanan faktor 0,999 dan untuk hubungan yang paling lemah adalah PE13 (Bertanggung jawab) yang memiliki pembebanan faktor 0,061. Terakhir, hubungan yang paling kuat dalam etika agama adalah RE1 (Larangan Menghindari Allah) yang memiliki pembebanan faktor 0.84 dan untuk hubungan yang paling lemah adalah RE6 (Haji) yang memiliki pembebanan faktor 0.381. en_US
dc.language.iso Indonesia en_US
dc.publisher Program Studi Ilmu Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik - UNPAR en_US
dc.subject etika publik en_US
dc.subject rukun islam en_US
dc.subject analisis faktor konfirmatori en_US
dc.subject kuantitatif en_US
dc.title Are being more religious means more ethical? evidence among civil servants in Bandung City en_US
dc.type Undergraduate Theses en_US
dc.identifier.nim/npm NPM2016310034
dc.identifier.nidn/nidk NIDN0403037702
dc.identifier.kodeprodi KODEPRODI607#Ilmu Administrasi Publik


Files in this item

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record

Search UNPAR-IR


Advanced Search

Browse

My Account