Faktor yang menghambat Indonesia dalam melakukan compliance terhadap ASEAN Tourism Strategic Plan (ATSP) pada masa pemerintahan Joko Widodo tahun 2014-2019

Show simple item record

dc.contributor.advisor Indraswari, Ratih
dc.contributor.author Trisna, Ezra Permana
dc.date.accessioned 2022-02-03T02:13:17Z
dc.date.available 2022-02-03T02:13:17Z
dc.date.issued 2020
dc.identifier.other skp40079
dc.identifier.uri http://hdl.handle.net/123456789/12664
dc.description 9408 - FISIP en_US
dc.description.abstract ASEAN Tourism Strategic Plan (ATSP) merupakan sebuah rencana strategis yang dibentuk oleh negara-negara anggota ASEAN yang bertujuan untuk mencapai integrasi pariwisata di Asia Tenggara. Indonesia sebagai negara yang telah mengadopsi ATSP memiliki kewajiban untuk mengimplementasikan arahan strategis tersebut. Melalui Rencana Strategis (Renstra) Pengembangan Pariwisata tahun 2015-2019, pemerintah Indonesia memiliki target yang harus dicapai oleh para pelaku kegiatan pariwisata. Namun pada kenyataannya, tidak seluruh poin telah diimplementasi oleh pemerintah Indonesia. ASEAN juga tidak memiliki tindakan konkret dalam bentuk enforcement untuk menangani masalah tersebut. Keseriusan pemerintah dalam mengembangkan pariwisata serta diplomasi ekonomi di ASEAN pada masa pemerintahan presiden Joko Widodo menimbulkan pertanyaan mengenai mengapa pemerintah Indonesia tidak melakukan compliance secara utuh terhadap ASEAN Tourism Strategic Plan 1 dan 2 pada masa kepemimpinan presiden Joko Widodo tahun 2014-2019. Penelitian ini dibatasi oleh masa kepemimpinan presiden Joko Widodo tahun 2014 hingga 2019, periode berlakunya Rencana Strategis (Renstra) Pengembangan Pariwisata tahun 2015- 2019, serta definisi dari compliance. Berdasarkan teori compliance milik Carmela Lutmar dan Carnerio, ASEAN dapat dikategorikan sebagai organisasi regional yang memiliki power yang bersifat normatif dan tidak memaksa. Renstra Kementerian Pariwisata sebagai masterplan pariwisata di Indonesia seharusnya memiliki poin-poin yang diadaptasi dari ATSP yang bertujuan untuk mencapai integrasi pariwisata ASEAN tersebut. Namun pada kenyataannya, ASEAN tidak bisa memaksa setiap anggotanya untuk taat (comply) terhadap ATSP yang telah disusun dan disepakati. Sikap normatif ASEAN tersebut menjadi alasan mengapa Indonesia tidak taat secara utuh terhadap poin-poin ATSP. Selain itu, pemerintah Indonesia juga memiliki prioritas yang berbeda dengan ATSP, dimana pemerintah masih sangat domestik-sentris, dan cenderung mengabaikan tujuan utama dari ATSP yaitu integrasi pariwisata di Asia Tenggara, yang termasuk ke dalam kerangka integrasi ekonomi ASEAN. Kedua alasan inilah yang menjadi faktor penghambat yang membuat Indonesia tidak bisa memenuhi kewajiban compliance terhadap ATSP secara utuh. en_US
dc.language.iso Indonesia en_US
dc.publisher Program Studi Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik - UNPAR en_US
dc.subject ATSP en_US
dc.subject ASEAN en_US
dc.subject pariwisata en_US
dc.subject integrasi ASEAN en_US
dc.subject integrasi ekonomi ASEAN en_US
dc.subject Indonesia en_US
dc.subject kerja sama en_US
dc.subject paksaan en_US
dc.title Faktor yang menghambat Indonesia dalam melakukan compliance terhadap ASEAN Tourism Strategic Plan (ATSP) pada masa pemerintahan Joko Widodo tahun 2014-2019 en_US
dc.type Undergraduate Theses en_US
dc.identifier.nim/npm NPM2016330008
dc.identifier.nidn/nidk NIDN0405068602
dc.identifier.kodeprodi KODEPRODI609#Ilmu Hubungan Internasional


Files in this item

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record

Search UNPAR-IR


Advanced Search

Browse

My Account