Abstract:
Menurut World Investment Report 2015 yang diterbitkan oleh United Nations Conference Trade and Development (UNCTAD), Indonesia menjadi salah satu dari 17 negara teratas tujuan investasi yang paling berprospek pada periode 2014-2016. Dengan mengingat suatu pepatah yang berbunyi “Jangan menaruh telur-telur pada keranjang yang sama”, maka sebaiknya investor melakukan diversifikasi investasi dengan cara menyusun suatu portfolio yang terdiri dari saham-saham dengan klasifikasi tertentu. Salah satu teknik yang terkenal dalam penyusunan portfolio adalah teknik Safety First, yang terdiri dari tiga teknik yaitu Roy’s Criterion, Kataoka dan Telser. Ada juga teknik lainnya yaitu Maximize Geometric Return. Objek dalam penelitian ini adalah saham-saham yang termasuk dalam indeks LQ45 yang diperjualbelikan di Bursa Efek Indonesia pada periode Februari-Juli 2015. Indeks LQ45 ini terdiri dari 45 saham dengan likuiditas tinggi dan telah diseleksi melalui beberapa kriteria pemilihan. Perkembangan kinerja saham-saham yang termasuk dalam indeks LQ45 selalu rutin dipantau oleh Bursa Efek Indonesia, sehingga setiap enam bulan sekali dilakukan penyesuaian atau penggantian saham, yaitu setiap awal Februari dan awal Agustus. Metode yang digunakan sebagai dasar penelitian adalah descriptive study, karena penelitian ini berusaha menggambarkan suatu evaluasi yang terjadi apabila suatu portfolio disusun dengan menggunakan berbagai teknik. Penelitian ini juga merupakan applied research, karena ditujukan untuk membuktikan apakah teknik Maximize Geometric Return merupakan teknik terbaik dalam menyusun portfolio saham berdasarkan evaluasi kinerja portfolio Treynor Measure, dan apakah teknik Roy’s Criterion merupakan teknik terbaik dalam menyusun portfolio saham berdasarkan evaluasi kinerja portfolio Sharpe Measure. Penelitian ini merupakan kelanjutan dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Tirtariandy (2005) dalam kondisi bullish, sedangkan penelitian ini dilakukan dalam kondisi bearish. Dengan demikian, perbandingan yang dilakukan dengan penelitian sebelumnya membuat penelitian ini menggunakan metode comparative study. Hasil penelitian ini berada pada kondisi pasar yang bearish, sehingga menunjukkan portfolio yang optimal menurut Treynor Measure adalah portfolio yang dibentuk dengan teknik Kataoka dengan nilai 0.000408. Teknik ini memberikan nilai expected return yang terkecil dibandingkan teknik lainnya, yaitu sebesar 0.000596. Tetapi tingkat pengembalian yang diharapkan ini juga diikuti oleh risiko yang kecil pula, yaitu sebesar 0.009663. Sedangkan pengukuran kinerja menurut Sharpe Measure memberikan hasil bahwa teknik Kataoka yang menghasilkan portfolio yang lebih baik dibandingkan teknik-teknik lain dengan nilai sebesar 0.042719. Sedangkan pada penelitian terdahulu yang dilakukan Tirtariandy (2005) pada saat kondisi pasar bullish, disimpulkan bahwa teknik Maximize Geometric Return merupakan teknik terbaik dalam menyusun portfolio saham menurut evaluasi kinerja portfolio berdasarkan Treynor Measure. Sedangkan menurut Sharpe Measure, teknik Roy’s Criterion yang merupakan teknik terbaik dalam menyusun portfolio saham. Dari perbandingan ini dapat disimpulkan bahwa pada kondisi pasar yang berbeda, investor harus menggunakan teknik yang berbeda pula. Hal ini dikarenakan keempat teknik penyusunan portfolio bersifat tidak robust atau tidak tetap bila dipakai pada kedua kondisi pasar (kondisi bearish dan kondisi bullish), baik diukur dengan menggunakan Treynor Measure maupun Sharpe Measure.