Abstract:
Tanah merupakan salah satu faktor dalam melaksanakan pembangunan. Setiap daerah memiliki karakteristik dan sifat-sifat alami tanah yang bervariasi sehingga perlu diuji. Salah satu pengujiannya adalah menentukan batas-batas Aterberg. Penentuan batas-batas Atterberg dapat menggunakan metode casagrande dan fall cone penetrometer. Pengujian dengan fall cone penetrometer dipilih karena memberikan nilai yang hampir sama dengan metode lainnya, serta ditujukan pada tanah berbutir halus atau mengandung lempung. Pengujian lainnya diperlukan untuk menentukan distribusi ukuran butir halus tanah sebagai penentu banyaknya kandungan lempung dan lanau pada suatu sampel tanah, yaitu uji hidrometer. Dilakukannya pengujian-pengujian ini untuk mengetahui hubungan batas cair dan fraksi lempung pada suatu sampel tanah. Penelitian menggunakan 4 sampel tanah yang diuji secara langsung dan 17 sampel tanah yang diperoleh dari penelitian-penelitian sebelumnya yang berlokasi dari Provinsi Jawa Barat. Hasil yang didapat menunjukkan batas cair dari sampel tanah tersebut berkisar 41.46% - 115.80% dan fraksi lempung berkisar 12.24% - 66.18%. Terdapat hubungan antara nilai batas cair, batas plastis, dan indeks plastisitas terhadap bertambahnya kandungan lempung dalam sampel tanah. Hasil menunjukkan bahwa hubungan tersebut bersifat linier naik, artinya meningkatnya kandungan lempung menyebabkan nilai batas cair, batas plastis, dan indeks plastisitas meningkat. Hal ini serupa dengan penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya yang menggunakan sampel tanah dari Inggris, Afrika, dan Kenya. Batas Atterberg suatu tanah bergantung pada komposisi jumlah dan jenis mineral lempung, serta faktor lainnya seperti pH, suhu, kapasitas pertukaran kation, jenis dan jumlah kation. Faktor-faktor ini dinamakan faktor dinamis, terjadi karena perubahan lingkungan yang berkelanjutan oleh aktivitas manusia. Faktor dinamis memiliki efek yang kuat terhadap perubahan indeks propertis tanah, terutama batas-batas Atterberg.