dc.contributor.advisor |
Fauzy, Bachtiar |
|
dc.contributor.author |
Agung K.D., Gregorius |
|
dc.date.accessioned |
2021-10-18T05:04:19Z |
|
dc.date.available |
2021-10-18T05:04:19Z |
|
dc.date.issued |
2021 |
|
dc.identifier.other |
skp41261 |
|
dc.identifier.uri |
http://hdl.handle.net/123456789/12485 |
|
dc.description |
6326 - FTA |
en_US |
dc.description.abstract |
Agama Katolik merupakan salah satu agama terbesar di dunia dengan jumlah pemeluk Agama Katolik merupakan salah satu agama terbesar di dunia dengan jumlah pemeluk sekitar satu miliar jiwa yang tersebar di berbagai belahan dunia. Pemeluk yang tersebar tidak terlepas dari peran misionaris yang berkarya sejak masa penjelajahn bangsa Eropa (abad XV). Upaya misionaris untuk menyebarkan ajaran Gereja Katolik adalah dengan inkulturasi. Inkulturasi adalah dinamika hubungan antara ajaran kristiani dengan budaya lokal tertentu. Inkulturasi membuat ajaran-ajaran Gereja menjadi lebih mudah dipahami dan lebih relevan dengan kehidupan masyarakat setempat. Arsitektur sebagai visible expression merupakan media penerapan inkulturasi.
Inkulturasi semakin digaungkan sejak Konsili Vatikan II. Bentukan arsitektur gereja Katolik terpengaruh karenanya. Arsitektur gereja yang sebelumnya dikembangkan berdasarkan arsitektur gotik, kemudian dikembangkan dengan bernafaskan kelokalan setempat dan menjadi lebih kontekstual. Y.B. Mangunwijaya sebagai seorang pastor dan arsitek diyakini telah menerapkan inkulturasi pada rancangan gerejanya. Inkulturasi arsitektur pada salah satu gereja karya Romo Mangun adalah hal yang hendak dipelajari dalam penelitian ini.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menelaah aspek-aspek yang mempengaruhi inkulturasi arsitektur, secara khusus pada Gereja Katolik Bunda Maria Sapta Duka Mendut. Penelitian ini hendak menelaah wujud inkulturasi pada gereja tersebut. Wujud inkulturasi yang terjadi akan mengungkap makna tertentu. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif, analitis, dan interpretatif. Data diperoleh dari studi literatur yang relevan dan pengamatan langung ke lapangan.
Temuan penelitian ini adalah ruang-ruang untuk beribadah yang ada pada Gereja Katolik Bunda Maria Sapta Duka Mendut memiliki kesesuaian dan kesetaraan tatanan dengan ruang-ruang rumah tradisional Jawa. Kesesuaian ditunjukkan oleh sifat ruang dan tatanan ruang. Tetapi elemen pelingkup ruang pada gereja ini memiliki perbedaan dengan elemen pelingkup pada rumah tradisional Jawa. Makna inkulturasi yang dapat diinterpretasikan merupakan makna simbolik sekaligus makna penyesuaian nilai-nilai kekatolikan dengan nilai-nilai budaya Jawa.
Diperoleh kesimpulan rancangan Gereja Katolik Mendut telah mewadahi aktivitas ibadah Agama Katolik. Elemen-elemen arsitekturnya telah mengadopsi dan mengadaptasi elemen-elemen dan nilai-nilai arsitektur Jawa, meski tidak diterapkan ke seluruh bagiannya. Hendaknya ini menjadi upaya untuk menciptakan rancangan gereja yang kontekstual, yang turut melestarikan dan memperkaya khazanah arsitektur. |
en_US |
dc.language.iso |
Indonesia |
en_US |
dc.publisher |
Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik - UNPAR |
en_US |
dc.subject |
inkulturasi |
en_US |
dc.subject |
wujud dan makna arsitektur |
en_US |
dc.subject |
Gereja Katolik Bunda Maria Sapta Duka Mendut |
en_US |
dc.title |
Wujud dan makna inkulturasi arsitektur pada Gereja Katolik Bunda Maria Sapta Duka di Mendut |
en_US |
dc.type |
Undergraduate Theses |
en_US |
dc.identifier.nim/npm |
NPM2016420122 |
|
dc.identifier.nidn/nidk |
NIDN0425096001 |
|
dc.identifier.kodeprodi |
KODEPRODI611#Arsitektur |
|