Abstract:
Indonesia merupakan salah satu negara dengan peningkatan laju urbanisasi di
kota-kota besar yang cukup tinggi. Meningkatnya laju urbanisasi di kota-kota besar akan
berdampak pada meningkatnya pemenuhan kebutuhan masyarakat, meningkatnya
kegiatan distribusi barang, meningkatnya jumlah penggunaan kendaraan pengirim
barang, serta meningkatnya tingkat kemacetan di kota tersebut. Hal ini nantinya akan
berdampak pada kondisi kota yang semakin macet. Untuk menyelesaikan permasalahan
kondisi tersebut, maka dikenalkanlah konsep Logistik Perkotaan (City Logistic) untuk
membantu menyelesaikan permasalahan ini. Konsep Logistik Perkotaan membantu
mengurangi kemacetan yang dihasilkan dari kegiatan distribusi, dengan menyarankan
penggunaan kendaraan kecil untuk melayani konsumen yang berada di wilayah
kemacetan. Dikarenakan kapasitas angkut kendaraan kecil dan jumlah konsumen yang
dilayani sangat terbatas, maka pihak perusahaan tentunya menginginkan utilitas
penggunaan kendaraan kecil semaksimal mungkin. Salah satu contoh penyelesaian dari
penyelesaian tersebut yaitu dengan mengijinkan kendaraan kecil beroperasi lebih dari 1
kali dalam 1 hari, hal ini sering dimodelkan sebagai Multi Trip. Terdapat kenyataan
bahwa banyak sekali perusahaan yang memiliki lebih dari 1 jenis kendaraan pengirim
atau sering disebut dengan kendaraan yang Heterogen. Maksimasi utilitas dan pemilihan
kendaraan sangat berpengaruh pada biaya kegiatan distribusi. Dengan
mengkombinasikan Multi Trip, kendaraan yang Heterogen, dan konteks Logistik
Perkotaan, diharapkan model yang dibangun dapat membantu pihak perusahaan dalam
mendapatkan biaya distribusi yang paling rendah serta dapat mengurangi tingkat
kemacetan yang dihasilkan dari kegiatan distribusinya.
Pada penelitian ini akan dilakukan pengembangan model Heterogeneous
Vehicle Routing Problem Multi Trip (HVRPMT) yang belum mempertimbangkan
kemacetan, menjadi mempertimbangkan kemacetan. Pengembangan model HVRPMT
yang mempertimbangkan kemacetan berhasil meminimasi biaya distribusi dan
mengurangi tingkat kemacetan yang dihasilkan. Dengan menggunakan software AMPL,
hasil perhitungan dari 20 kasus yang dibangun terhadap model HVRPMT yang
mempertimbangkan kemacetan dan model HVRPMT yang tidak mempertimbangkan
kemacetan, berhasil mengurangi nilai total kemacetan yang dihasilkan dengan rata-rata
8,134%, meskipun harus mengorbankan biaya total distribusi yang mengalami kenaikan
dengan rata-rata 3,519%.