dc.description.abstract |
Pandemi COVID-19, yang menyebar dengan cepat hingga ke seluruh dunia, memaksa
hampir seluruh masyarakat dunia untuk tidak bepergian sementara waktu dan sebisa
mungkin melakukan aktivitasnya dari rumah. Hal ini membuat berbagai usaha terpuruk
dan perekonomian dunia pun melemah. Harga-harga saham pun turun drastis seiring
memburuknya bisnis perusahaan. Namun, dari sekian banyak perusahaan yang
terpuruk, perusahaan teknologi khususnya teknologi internet global justru meraih
untung dari adanya peristiwa ini, ditandai dengan meningkatnya jumlah penggunaan
selama masa pandemi ini. Adanya informasi ini membuat investor berinvestasi pada
saham perusahaan teknologi internet.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan indikator
variabel abnormal return dan trading volume activity. Periode penelitian diambil
selama masa lock down negara-negara di hampir seluruh dunia, yaitu mulai dari Maret
hingga Mei 2020. Objek penelitiannya adalah 16 perusahaan teknologi internet global
yang memiliki kapitalisasi market di atas 10 miliar dolar yang dibagi ke dalam 4
subsektor, yaitu : e-commerce, game, social media, dan search engine.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perolehan nilai tertinggi pada
abnormal return dan trading volume activity masing-masing subsektor berbeda-beda.
Pada subsektor e-commerce, Zalando memperoleh abnormal return tertinggi
sedangkan trading volume activity tertinggi diberikan oleh eBay. Pada subsektor game,
Tencent memperoleh abnormal return tertinggi sedangkan trading volume activity
tertinggi diberikan oleh Electronic Arts. Pada subsektor social media, Pinterest
memperoleh abnormal return tertinggi sedangkan trading volume activity tertinggi
diberikan oleh Twitter. Pada subsektor search engine, Yandex dan Google memperoleh
abnormal return yang sama dan Yandex unggul pada trading volume activity-nya. |
en_US |