Abstract:
Infrastruktur merupakan salah satu organ terpenting dalam
keberlangsungan hidup suatu negara. Hal ini menyebabkan pembangunan infrastruktur
menjadi salah satu fokus kerja periode pertama dan kedua pada pemerintahan Jokowi. PT
Waskita Karya Tbk. (WSKT) merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
yang bergerak dalam sektor infrastruktur dalam subsektor konstruksi. WSKT memiliki
tingkat liabilitas yang jauh lebih tinggi daripada pesaingnya dan semakin meningkat tahun
2015 – 2019. Pendapatan usaha WSKT yang semakin menurun menyebabkan menurunnya
likuiditas perusahaan. Oleh karena itu, WSKT dapat mengalami financial distress jika
tidak melakukan tindak perbaikan yang bila tidak teratasi akan memicu kebangkrutan, di
mana total kewajiban perusahaan melebihi total asetnya. Kebangkrutan harus diketahui
sebelum terjadi agar terhindar dari hal yang tidak diinginkan. Maka dari itu, penelitian ini
menggunakan model Altman Z-Score yang bermanfaat untuk memprediksi serta
mengetahui posisi perusahaan apakah jauh atau dekat dengan kebangkrutannya. Penelitian
ini menggunakan analisis rasio keuangan untuk melengkapi Altman Z-Score karena
membantu peneliti untuk dapat mengetahui akar penyebab kebangkrutan perusahaan.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif di mana penulis mengumpulkan data laporan
keuangan perusahaan selama 5 tahun terakhir. Teknik penelitian deskriptif yang digunakan
dalam penelitian ini adalah studi kasus. Data yang diambil adalah data sekunder yang
berupa laporan keuangan perusahaan. Penelitian ini menggunakan teknik studi dokumen
dengan menganalisis laporan keuangan yang ada.
Hasil analisis Altman Z-Score menunjukkan pada tahun 2015 – 2018
WSKT berada dalam grey zone (2.195, 2.261, 1.114, dan 1.509). Tahun 2019, perusahaan
berada dalam distress zone (1,020). Semakin dekatnya perusahaan dengan kebangkrutan
disebabkan karena likuiditas (X1), solvabilitas (X3), dan profitabilitas (X4) perusahaan
yang memburuk. Hasil perhitungan variabel Altman Z-Score didukung dari hasil analisis
rasio keuangan yang menunjukkan kondisi keuangan perusahaan tidak dalam kondisi yang
sehat, di mana rasio likuiditas perusahaan memburuk, perusahaan semakin tidak solvabel,
perusahaan semakin tidak optimal dalam menggunakan aset, dan menurunnya manajemen
piutang. Perusahaan masih dapat meraih pendapatan dan laba, namun tingkat profitabilitas
perusahaan semakin menurun setiap tahunnya karena adanya penurunan penjualan.
Untuk dapat memperbaiki kondisi finansial serta menjauhkan perusahaan
dari kebangkrutan, perusahaan dapat fokus mengembangkan sektor jasa konstruksi,
penjualan precast, dan jalan tol dengan menambah kontrak baru karena ketiga sektor
tersebut memiliki prospek yang baik selama tahun mendatang. Perusahaan dapat merubah
skema pembayaran turnkey menjadi skema pembayaran progress payment atau monthly
payment untuk menekan tingkat liabilitas. Perusahaan juga dapat restrukturisasi liabilitas
jangka pendek menjadi liabilitas jangka panjang atau melakukan divestasi beberapa proyek
seperti jalan tol untuk mengurangi tingkat likuiditas perusahaan.