Abstract:
Ternak sapi merupakan salah satu bentuk usaha yang banyak diminati oleh masyarakat Indonesia
sebagai sumber penghasilan. Hal ini dikarenakan manfaat yang diperoleh dari seekor sapi sangat
beragam dan dapat digunakan di berbagai bidang. Jika dalam suatu peternakan terdapat sapi
yang terinfeksi suatu penyakit yang mudah menyebar, maka akan menyebabkan sapi tersebut
sakit atau bahkan mati, sehingga sapi yang terinfeksi tidak bisa memberikan manfaatnya secara
maksimal. Akibatnya penghasilan peternak akan menurun atau bahkan merugi. Maka dari
itu, asuransi ternak sapi menjadi salah satu cara preventif yang dapat diterapkan dalam dunia
peternakan sapi untuk mengalihkan risiko kerugian finansial yang ditanggung para peternak sapi
akibat kematian sapi atau menurunnya manfaat yang diberikan sapi yang disebabkan penyakit
menular pada hewan ternak. Pada skripsi ini, premi asuransi bencana kematian ternak sapi
ditentukan dengan memperhitungkan pengaruh fatal shock yaitu waktu kedatangan bencana
penyakit Brucellosis pada sapi yang merupakan suatu proses Poisson. Untuk menentukan
premi asuransi bencana kematian ternak sapi, diperlukan distribusi dari besar kerugian yang
terjadi sebagai distribusi gabungan antara variabel acak sisa masa hidup sapi dengan fatal shock
yang berdistribusi gabungan dari binomial dan degenerasi. Dari distribusi gabungan tersebut,
dimodelkan asuransi bencana kematian ternak sapi dengan mencari distribusi dari kerugian yang
ditanggung perusahaan asuransi sebagai suatu modifikasi polis asuransi dengan deductible, limit
polis, dan koasuransi. Premi asuransi diperoleh dengan menggunakan Metode Premi Murni
yang melibatkan ekspektasi besar kerugian yang ditanggung perusahaan asuransi. Berdasarkan
simulasi perhitungan menggunakan data populasi sapi di Kabupaten Bogor, dapat disimpulkan
bahwa tarif premi meningkat seiring meningkatnya limit polis dan tingkat kedatangan penyakit.
Namun, tarif premi akan menurun jika deductible meningkat.