Abstract:
Kenyamanan termal menjadi salah satu permasalahan utama bagi gelanggang olahraga (GOR) pada umumnya, terutama pada GOR bulu tangkis. Bulu tangkis membutuhkan kecepatan angin di bawah 0,2 m/s supaya peforma shuttlecock baik. Sedangkan, kondisi termal yang tidak nyaman di Istora Gelora Bung Karno Jakarta dirasakan oleh beberapa atlit yang pernah berlatih dan bertanding di sana. Permasalahan utamanya adalah angin air conditioner yang terlalu kencang untuk pertandingan bulu tangkis. Di sisi lain, penonton pertandingan bulu tangkis membutuhkan kecepatan angin minimal 0,25 m/s untuk merasa nyaman. Sehingga, penonton tidak merasakan ketidaknyamanan termal oleh karena air conditioner tersebut.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi penyebab ketidaknyamanan termal dan mengupayakan ventilasi alami pada Istora Gelora Bung Karno Jakarta. Ruang lingkup penelitian adalah mengenai kenyamanan termal dengan pembahasan mengenai ventilasi alami dengan metode observasi dan simulasi menggunakan software Autodesk CFD. Hasil penelitian pada akhirnya akan berupa hasil simulasi dengan angka yang menentukan tingkat kenyamanan termal pada GOR Istora Gelora Bung Karno Jakarta sesuai dengan standar kenyamanan termal untuk gelanggang olahraga bulu tangkis di iklim tropis.
Orientasi inlet dan outlet bangunan memiliki peran yang penting. Inlet diletakkan di arah angin datang sepanjang tahun, namun outlet diletakkan utamanya di utara. Supaya ketika angin datang dari barat atau timur, dapat langsung dibelokkan ke arah utara. Sedangkan untuk arah angin datang dari selatan, dapat langsung lurus menuju outlet di utara juga. Dengan demikian, angin akan tegak lurus dengan orientasi lapangan bulu tangkis di Istora Gelora Bung Karno Jakarta.
Hasil penelitian adalah ventilasi alami bisa menjadi solusi ketidaknyamanan termal di Istora Gelora Bung Karno Jakarta. Melalui simulasi, penelitian ini menemukan bahwa angin dapat masuk ke dalam bangunan melalui posisi inlet dan outlet yang tinggi dengan kecepatan yang maksimal dan turun ke ketinggian lapangan dengan kecepatan yang rendah. Dengan demikian, perilaku angin yang seperti itu dapat dimanfaatkan di dalam bangunan supaya kecepatan angin maksimal melayani penonton pada ketinggian tribun dan kecepatan angin minimum melayani olahragawan yang berada pada ketinggian lapangan, sehingga kedua pengguna tersebut terpenuhi persyaratan kenyamanan termalnya. Sedangkan, desain bukaan yang menjadi solusi adalah desain bukaan dengan sistem fleksibel atau dapat dioperasionalkan (dibuka dan ditutup). Kekurangannya adalah desain bukaan harus dikontrol oleh pengelola sesuai dengan kondisi termal lingkungannya. Kelebihannya, desain bukaan bisa dibuka atau ditutup sesuai dengan kebutuhan dan keinginannya.