dc.description.abstract |
Pandemi COVID-19 yang berdampak secara global ternyata juga mempengaruhi arsitektur,
khususnya penggunaan ruang publik di permukiman. Pandemi ini menyebabkan adanya adaptasi
penggunaan ruang publik karena protokol kesehatan physical distancing yang bertujuan untuk
pemulihan dan peningkatan kesehatan publik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adaptasi
penggunaan apa saja yang terjadi pada dua komponen ruang publik, yaitu ruang terbuka hijau dan
ruang jalan.
Penelitian menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif dengan cara
mendeskripsikan ruang publik Kelapa Gading Timur, sebagai objek studi, berdasarkan teori syarat
kebutuhan dasar di ruang publik menurut Stephen Carr. Berdasarkan teori, terdapat tiga aspek yang
berpotensi berhubungan dengan kondisi pandemi, yaitu aspek kenyamanan, relaksasi, dan
keterikatan aktif. Data dikumpulkan dengan cara observasi lapangan, wawancara, serta studi
pustaka.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat adaptasi elemen fisik di ruang publik
Kelapa Gading Timur, seperti penambahan fasilitas kebersihan sederhana untuk memenuhi protokol
kesehatan. Ternyata, berdasarkan pengamatan serta analisis, adaptasi yang terjadi tidak harus berupa
adaptasi elemen fisik. Namun, juga bisa hanya berupa penjagaan jarak, kebutuhan ruang jalan yang
lebih besar, pemilihan tempat duduk, ataupun tujuan penggunaan ruang publik untuk meningkatkan
imunitas dan kesehatan akibat karantina selama pandemi. Adaptasi tersebut didukung dengan
adanya peraturan penggunaan ruang publik yang tertulis dan wajib dipatuhi oleh pengunjung.
Berdasarkan analisis, adaptasi yang terjadi ini nantinya dapat berakibat kepada perubahan elemen
fisik, seperti penambahan tanda atau marka jalan yang menunjukkan batas maupun arah, agar
sirkulasi manusia di ruang publik dapat lebih teratur. |
en_US |