Abstract:
Penggunaan ruang innercourt pada bangunan rumah tinggal merupakan hal yang banyak
ditemukan di daerah beriklim tropis hangat lembab seperti Kota Bandung. Hal ini merupakan
upaya untuk mendapatkan pergerakan udara yang baik untuk mengurangi panas dan kelembaban.
Memiliki bangunan rumah tinggal yang nyaman secara termal, visual, audial, dan spasial
merupakan hal yang ingin dicapai setiap pemilik rumah. Diantara empat kebutuhan ini,
kenyamanan termal menjadi faktor yang paling dibutuhkan untuk kondisi kesehatan dan tingkat
produktivitas penghuninya.
Bangunan rumah tinggal seringkali digunakan juga untuk fungsi lain, contohnya sebagai
tempat usaha untuk mendapatkan keuntungan yang lebih di dalam bidang usaha. Penempatan
ruang yang tepat untuk memisahkan area hunian dan area publik sebagai tempat usaha perlu
diperhatikan dengan baik, salah satu caranya dengan memisahkan kedua area dengan ruang
innercourt seperti salah satu rumah dan toko di Jalan Ciwastra.
Rumah dan toko di Jalan Ciwastra ini merupakan bangunan multi-fungsi dengan tempat
usaha mebel yang memiliki area innercourt sebagai pemisah bangunan rumah dan toko. Terdapat
berbagai elemen lanskap yang ada pada innercourt berupa elemen keras (penutup lantai dan
dinding) dan elemen lunak (vegetasi dan air) yang memberikan area ini menjadi tidak gersang.
Elemen lanskap pada innercourt dapat mempengaruhi kondisi termal pada ruang luar, namun
kondisi termal pada ruang dalam masing-masing bangunan rumah dan toko dipengaruhi juga oleh
desain bukaan yang berbeda, sehingga terjadi perbedaan kondisi kenyamanan termal pada kedua
bangunan ini.
Tujuan studi ini adalah untuk mengevaluasi kondisi kenyamanan termal serta
mengidentifikasi pengaruh elemen lanskap pada innercourt dan desain bukaan terhadap
kenyamanan termal ruang dalam bangunan Rumah dan Toko di Jalan Ciwastra.
Metode yang digunakan adalah metode deskriptif-evaluatif dengan pendekatan kuantitatif.
Data didapatkan dari studi literatur, observasi dan pengukuran di lapangan, serta simulasi
pembayangan dan pola pergerakan angin menggunakan aplikasi Sketchup dan Autodesk CFD.
Kemudian, hasil pengukuran diolah dengan acuan standar kenyamanan termal dari SNI 03-
65722001 lalu dianalisis dengan membandingkan data hasil pengukuran dengan data hasil simulasi
dan dianalisis pengaruhnya dari elemen lanskap dan desain bukaan.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa elemen lanskap pada innercourt dan desain
bukaan dapat memberikan pengaruh terhadap kenyamanan termal. Penggunaan elemen lanskap
pada innercourt dapat: menurunkan nilai temperatur efektif skala CET sebesar 0,3°C; menurunkan
nilai temperatur efektif skala ET sebesar 0,5°C; juga menurunkan kecepatan angin sebesar 0,3 m/s.
Desain bukaan yang sesuai (orientasi, posisi, tipe) pada bangunan toko dapat menghasilkan
kecepatan udara sebesar 0,2 m/s, sedangkan desain bukaan pada bangunan rumah tidak
menghasilkan pergerakan udara. Rekomendasi desain lanskap dan desain bukaan berhasil
menghasilkan pergerakan udara pada ruang dalam bangunan rumah sebesar 0 – 0,3 m/s.