Abstract:
Arsitektur Nusantara merupakan pengetahuan turun temurun dalam perihal merancang
ruang, yang sesuai dengan kondisi geoklimatik, yang mewujudkan kebhinekaan dari Sabang
sampai Merauke. Arsitektur Nusantara dapat digolongkan sebagai suatu unsur kebudayaan, dalam
ranah pengetahuan arsitektur. Tanpa disadari, pokok dari ilmu arsitektur Nusantara akan selalu
tertanam pada masyarakat Nusantara, seperti sebuah identitas. Rekam jejak Arsitektur Nusantara
tercatat di dalam masyarakat lisan, dimana ucapan dan benda menjadi medium mencatat dan
merekam pengetahuan terhadap Arsitektur Nusantara. Ketiadaan rekam jejak tertulis memberi
kesan bahwa pengetahuan Arsitektur Nusantara seakan sudah tenggelam.
Salah satu rekam jejak arsitektur Nusantara yang dapat ditemukan hingga hari ini adalah
bangunan Candi Nusantara, yang bersifat ikonik dan monumental. Bangunan Candi memegang
kepentingan dan keutamaan yang melebihi bangunan lain. Kekayaan arsitektur candi Nusantara
dapat menggambarkan betapa tingginya budaya, peradaban, dan arsitektur di Nusantara. Selain
mewadahi fungsi dan kegiatan tertentu, Candi juga dapat dijadikan alat dalam mengungkapkan
budaya Nusantara.
Arsitektur Nusantara seringkali dianggap sebagai hal yang kuno dan ketinggalan zaman.
Pengaruh arsitektur Barat lebih mudah diterima masyarakat Nusantara, sehingga mendorong
terjadinya peleburan budaya yang memudarkan ke-Nusantara-an dalam arsitektur di Indonesia,
mengakibatkan adanya pergeseran di dalam tatanan ruang, tampilan bentuk dan tampang, hingga
skala dan proporsi. Arsitektur Nusantara yang mengkini akan bertumbuh, bertransformasi,
mengglobal, namun tetap memiliki kekuatan yang bersumber pada konteks lokal.
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji ke-Nusantara-an pada arsitektur objek studi yang
berupa bangunan pendidikan yang dibangun pada era modern. Metode Penelitian yang dilakukan
adalah kualitatif-deskriptif, melalui pengumpulan data, yang berjalan bersamaan dengan studi
pustaka dan literatur yang mendukung. Pada penelitian ini, Teori utama yang digunakan adalah
Teori Arsitektur Nusantara oleh Prof. Josef Prijotomo, yang kemudian dibantu dengan metode
Unsur-unsur Kuat pada Candi. Persandingan terhadap candi akan digunakan sebagai alat untuk
menganalisis objek studi Gedung Pusat Administrasi Universitas Indonesia.
Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Gedung Pusat Administrasi
Universitas Indonesia memiliki unsur-unsur kuat candi pada arsitekturnya, dengan mencakup
duabelas unsur yaitu hierarki perletakan, axis/sumbu, pembagian tiga, komposisi geometrik, irama
dan pengulangan, efek perspektifis, simetri, mimesis, komposisi solid-void, tekstur – elemen garis
– efek gelap terang, ragam hias biomimesis, dan material. Dengan memenuhi unsur-unsur candi,
dapat diketahui bahwa Gedung Pusat Administrasi Universitas Indonesia mencerminkan
Arsitektur Nusantara, melalui proses transformasi dengan percampuran arsitektur modern.