dc.description.abstract |
Perkembangan arsitektur Indonesia kental dengan semangat modernism yang terlihat dalam pergerakan arsitektur Indonesia. Namun semangat modernisme ini, menghasilkan karya-karya arsitektur Indonesia yang cenderung berkiblat pada tata baku arsitektur barat. Hal ini disayangkan mengingat arsitektur Indonesia yang memiliki keunikan, etnisitas, dan nilai-nilai yang tercerminkan
pada budaya masing-masing etnis.
Arsitektur Nusantara memiliki keunikan tektonika yang saling berhubungan dengan susunan
ruang, struktur dan ornamennya. Dalam sejarah pekembangan tektonika arsitektur nusantara, nama
Yusuf Bilyarta Mangunwijaya atau yang lebih sering dikenal sebagai Romo Mangun menjadi salah satu tokoh yang memberikan inspirasi penerapan tektonika secara konsisten dalam karya-karyanya.
Dikutip dari tulisan Eko Prawoto yang merupakan salah satu arsitek yang banyak berhubungan dengan Romo Mangun, karya-karya Romo Mangun bukan hanya sekedar memoles dan mengambil dari masa lalu, Metodenya dalam mengolah arsitektur yang menyatu dengan ekosistem memiliki keunikan tersendiri (Kompas, 5 November 2006).
Metode Penelitian data yang dilakukan melaui pengumpulan data yang berjalan bersamaan dengan studi pustaka dan literatur yang mendukung. Pada penelitian ini, Teori utama yang akan
dijadikan pembanding adalah teori Tektonika menurut Kenneth Frampton (Studies in Tectonics Culture) dan Teori Arsitektur Nusantara, yang kemudian di elaborasi menjadi konsep Tektonika Nusantara. Konsep dan variabel-variabel ini akan digunakan sebagai dasar analisis objek studi
Gereja Salib Suci Paroki Cilincing. |
en_US |