dc.description.abstract |
Pariwisata di Indonesia merupakan salah satu sektor yang menjanjikan bagi perekonomian Indonesia. Kawasan Jl. Suryakencana dan Pasar Bogor merupakan dua daerah bersejarah yang sudah dikenal oleh warga Bogor dan warga luar Kota Bogor sebagai daerah destinasi wisata kuliner Bogor dan Pemerintah Kota Bogor telah lama merencanakan kawasan Jl. Suryakencana sebagai destinasi wisata Kota Bogor, terutama pada bidang kuliner. Salah satu program terbaru yang diresmikan oleh Pemerintah Kota Bogor adalah peresmian Teras Suryakencana yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Bogor untuk mengembangkan wisata kuliner di Bogor. Republika.id (28/8/2020) memberitakan bahwa Walikota Bogor dan para PKL mengharapkan kawasan Jl. Suryakencana menjadi lebih ramai lagi dengan semakin banyaknya pengunjung.
Akan tetapi, walau masih belum ada lonjakan wisatawan seperti yang diharapkan, kondisi pada saat ini pun kawasan Jl. Suryakencana sudah ramai terutama pada hari libur (sabtu-minggu) dan membentuk sebuah kerumunan crowding (kesesakan). Hadirnya kesesakan ruang ini membuat penjual harus menyesuaikan personalisasi pada setting untuk menyediakan kebutuhan ruang dari pembelinya. Tidak hanya itu, crowding dan perubahan setting di Jl. Suryakencana dan Pasar Bogor juga sering terjadi karena aktivitas para penjual itu sendiri. Di lain sisi, perubahan setting ini membuat suatu bentuk teritorialitas, yang di mana bentuk teritorialitas antara hari kerja yang sepi dan hari libur yang ramai akan berbeda.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan bentuk teritorialitas di Jl. Suryakencana dan Pasar Bogor pada hari kerja dan hari libur. Penelitian menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan teknik pengambilan data place-centered mapping. Data yang didapat kemudian diolah menjadi gambar denah, tampak, dan potongan skematik yang akan dianalisa dengan pendekatan Hazard.
Bentuk teritori pada setiap sampel dikaji melalui tipe teritori yang ada serta dianalisa perilaku teritorial, alat demarkasi dan personalisasi, serta pembatas fisiknya. Pergeseran bentuk teritori berupa bentuk teritori yang lebih besar pada hari libur dibandingkan hari kerja terjadi pada teritori sekunder yang melakukan klaim terhadap teritori publik karena adanya perilaku occupancy of space dengan alat demarkasi dan personalisasi serta pembatas fisiknya masing-masing. Sementara itu, bentuk teritori primer tidak mengalami perubahan dan pergeseran sama sekali. |
en_US |