dc.description.abstract |
Budaya menyampaikan informasi secara oral sudah dilakukan oleh manusia sejak zaman purbakala, salah satu bentuk dari penyampaian informasi ini adalah seminar. Dalam skala besar, seminar diadakan di ruang-ruang yang memiliki volume besar untuk mengakomodasi kapasitas dari audience, dimana dulu ruang tersebut merupakan tempat terbuka. Seiring perkembangan zaman dan teknologi, seminar mulai diadakan di tempat-tempat tertutup seperti aula dan auditorium. Di Bandung sendiri, terdapat beberapa auditorium yang dipakai untuk seminar; salah satunya adalah Auditorium Gedung Budaya Sabilulungan yang bertempat di Soreang dan dimiliki oleh Pemerintah Daerah Bandung. Auditorium ini juga beberapa kali disebut sebagai auditorium termegah di Jawa Barat. Meskipun demikian, pada auditorium ini terdapat beberapa masalah yang berhubungan dengan desain auditorium seperti pemakaian material reflektif pada dinding belakang area duduk penonton dan plafond datar yang kurang sesuai dengan teori perancangan auditorium pada umumnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi dari auditorium Gedung Budaya Sabilulungan Bandung dan menganalisis pengaruh dari bentuk dan material ruangan terhadap kualitas akustik auditorium tersebut berdasarkan parameter akustik yang sudah distandarkan.
Penelitian dilakukan berdasarkan studi awal yang dilakukan dengan mengkaji teori-teori akustik arsitektur, terutama yang berhubungan dengan auditorium untuk fungsi pidato sehubungan dengan frekuensi pemakaian auditorium sebagai tempat seminar. Penelitian kemudian dilanjutkan dengan survey lapangan dan pengumpulan data akustik berupa tingkat kekerasan suara pada beberapa titik dari auditorium Gedung Budaya Sabilulungan melalui alat Real Time Analyzer. Data-data yang didapatkan kemudian disandingkan dengan standar-standar ruang akustik yang ada dan akan dilakukan analisis berupa pengaitan standar dan data yang telah diproses dengan teori perancangan kemudian dianalisis pengaruh elemen pembentuk ruang dan material terhadap parameter-parameter tersebut.
Dari penelitian yang dilakukan, ditemukan bahwa Auditorium Gedung Budaya Sabilulungan belum memenuhi seluruh persyaratan ideal ruang akustik untuk pidato, terutama apabila dilihat dari segi bentuk ruang dan material pelingkup ruangan. Berdasarkan analisis dan penelitian yang dilakukan, disarankan untuk mendiversifikasi pelingkup ruangan, terutama material reflektor, menjadi material absorber. Selain itu, disarankan pula untuk mendesain plafond dan dinding samping sedemikian rupa sehingga elemen-elemen ruang tersebut dapat membantu refleksi suara agar sampai dengan optimal ke area duduk penonton. |
en_US |