Abstract:
Satu minggu pasca dilantik sebagai Presiden Amerika Serikat ke-45, Donald Trump mengeluarkan kebijakan luar negeri yang kontroversial. Kebijakan tersebut mengatur tentang larangan masuknya imigran ke wilayah Amerika dari tujuh negara yang mayoritas populasinya beragama Islam. Kebijakan tersebut dikenal pula sebagai Executive Order 13769. Penelitian ini terletak dalam kerangka ilmu hubunhan internasional yang mencakup isu kebijakan luar negeri, proses pembuatan keputusan, dan psikologi politik. Trump memanfaatkan citra Islam yang kerap diasosiasikan dengan terorisme untuk mendapat dukungan dalam pemilihan presiden tahun 2016. Maka dari itu rumusan masalah dalam penelitian ini adalah, “Mengapa Donald Trump menerapkan kebijakan pelarangan masuknya teroris asing ke wilayah Amerika?”. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, penulis menggunakan metode kualitatif dengan memanfaatkan data sekunder melalui pencarian data studi pustaka. Metode kualitatif digunakan sebab penelitian ini mengkaji sebuah kebijakan luar negeri dan faktor kepribadian melalui cara psikobiografi. Analisa dilakukan dengan menggunakan Teori Sekuritisasi, Teori Big Five Personalities, dan Konsep Type of Leadership. Temuan dari penelitian ini antara lain, Donald Trump berhasil meyakinkan masyarakat tentang adanya ancaman eksistensial melalui proses sekuritisasi menggunakan metode speech act. Kemudian tingkat kecemasan (neuroticim) yang tinggi Trump, menstimulasi munculnya rasa tidak aman terhadap terorisme yang kemudian diasosiasikan dengan imigran Muslim. Lalu, gaya kepemimpinan Trump sebagai presiden menentukan bagaimana proses kebijakan pelarangan masuknya imigran dari tujuh negara mayoritas Muslim tersebut dibuat. Trump yang tidak terlibat aktif dalam pembuatan kebijakan tersebut, dan minimnya pengalaman politik membuat Trump harus mendelgasikan tugas kepada staf penasihatnya.