Abstract:
Penggunaan air yang cukup besar oleh sektor agriculture ditambah lagi dengan semakin
menipisnya pasokan air bersih di dunia mendorong perusahaan – perusahaan di sektor agriculture untuk
melakukan penghematan dan pengolahan air. Kegiatan ini tentu saja harus disajikan oleh perusahaan
dalam laporan keberlanjutan untuk menunjukkan tanggung jawabnya atas kelestarian lingkungan dan
masyarakat.
Pertanggungjawaban perusahaan yang dibuat dalam laporan keberlanjutan membahas
mengenai dampak ekonomi, lingkungan, dan sosial yang disebabkan oleh kegiatan sehari – hari (CSR,
2018). Terdapat beberapa topik material yang perlu diungkapkan dalam sebuah laporan keberlanjutan,
salah satunya adalah aspek air.
Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah studi literatur yang selanjutnya dilakukan
content analysis terhadap laporan keberlanjutan perusahaan. Objek penelitian kali ini adalah pelaporan
aspek air yang dilakukan oleh perusahaan – perusahaan yang ada di sektor agriculture yang terdiri dari
Astra Agro Lestari, Tbk., Austindo Nusantara Jaya, Tbk., Bakrie Sumatera Plantations, Tbk., Eagle
High Plantation, Tbk., PT PP London Sumatera Indonesia, Salim Ivomas Pratama, Sawit Sumbermas
Sarana, dan SMART, Tbk.
Dari hasil penelitian terlihat bahwa kedelapan perusahaan, kecuali Austindo Nusantara Jaya,
Tbk., telah mengungkapkan aspek air dalam laporan keberlanjutannya. Namun, hanya Astra Agro
Lestari, Tbk. yang menerbitkan laporan keberlanjutan pada tahun 2014 sampai dengan 2018 secara
lengkap. Dapat terlihat bahwa kedelapan perusahaan ini cenderung melakukan jumlah pengungkapan
dan mendapatkan skor kesesuaian yang sama dari tahun ke tahun. Berikut hasil perhitungan rata – rata
skor kesesuaian untuk kedelapan perusahaan tersebut. Rata – rata skor kesesuaian Astra Agro Lestari,
Tbk. selama 5 tahun sebesar 1.7 (memenuhi kurang dari 50% ketentuan GRI Standard), Austindo
Nusantara Jaya, Tbk. mendapatkan skor kesesuaian 0, rata – rata skor kesesuaian Bakrie Sumatera
Plantations, Tbk. dan Eagle High Plantation, Tbk.s selama 2 tahun sebesar 1.75 (memenuhi kurang dari
50% ketentuan GRI Standard), rata – rata skor kesesuaian PT PP London Sumatera Indonesia,
Tbk.selama 2 tahun sebesar 1.63 (memenuhi kurang dari 50% ketentuan GRI Standard ), rata – rata
skor kesesuaian Salim Ivomas Pratama, Tbk.selama 3 tahun sebesar 1.5 (memenuhi kurang dari 50%
ketentuan GRI Standard), rata – rata skor kesesuaian Sawit Sumbermas Sarana, Tbk.selama 2 tahun
sebesar 0.75 (memenuhi kurang dari 25% ketentuan GRI Standard), dan rata – rata skor kesesuaian
SMART, Tbk. selama 4 tahun sebesar 0.81 (memenuhi kurang dari 25% ketentuan GRI Standard). Dari
kedelapan perusahaan tersebut, Bakrie Sumatera Plantations, Tbk. dan Eagle High Plantation, Tbk.
mendapatkan rata – rata skor kesesuaian tertinggi (yaitu 1.75) sedangkan Austindo Nusantara Jaya, Tbk.
mendapatkan skor terendah (yaitu 0) karena tidak melakukan pengungkapan atas aspek air sama sekali
dalam laporan keberlanjutannya. Bagi pihak perusahaan, penulis menyarankan untuk menggunakan
situs GRI Standard (reportingtool.globalreporting.org) dalam melakukan pelaporan keberlanjutan,
memasang flow meter untuk mengukur penggunaan air, dan tingkat BOD dan pH untuk menjamin
kualitas dari limbah cair. Bagi pembaca, sebaiknya memahami mengenai indikator – indikator dari GRI
Standard yang berhubungan dengan pelaporan aspek air.