Abstract:
Aksesibilitas merupakan kemudahan dalam segala aspek kehidupan dan penghidupan.
Aksesibilitas penyandang disabilitas sangat penting keberadaannya karena dapat membantu
masyarakat penyandang disabilitas untuk memenuhi kehidupannya. Dalam hal tersebut, pemerintah
Kota Bandung telah menyediakan aksesibilitas bagi penyandang disabilitas, termasuk aksesibilitas
dalam angkutan umum. Meskipun demikian dalam pelaksanaannya, aksesibilitas terdapat indikasi
masalah berupa kurangnya sarana yang seharusnya disediakan untuk mempermudah penyandang
disabilitas dalam menggunakan angkutan umum bus Damri. Untuk menjawab pertanyaan penelitian,
peneliti menggunakan Dimensi aksesibilitas dari Peraturan Pemerintah Pekerjaan Umum No. 30 Tahun
2006, yaitu 1) aksesibilitas keselamatan, 2) aksesibilitas kemudahan, 3) aksesibilitas kegunaan, serta
4) aksesibilitas kemandirian. Kemudian peneliti menggunakan teori tingkatan aksesibilitas oleh Anne
Chamberlain dkk (2017) untuk menentukan tingkatan dari aksesibilitas angkutan umum bus Damri di
Kota Bandung yang meliputi 1) Exemplary Accessible, dan 2) Accessible yang termasuk Fully
Accessible, kemudian 3) Partially Accessible dan 4) Not Accessible yang termasuk Not Fully
Accessible.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif. Teknik pengumpulan data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah 1) Observasi terhadap tempat-tempat publik dan fasilitas
angkutan umum bus Damri dilakukan sampai bulan Maret karena terjadi pandemi Covid-19 yang tidak
memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi lapangan; 2) Wawancara secara mendalam kepada
8 orang penyandang disabilitas (tuna netra, tuna rungu, tuna wicara, dan tuna daksa), 1 orang dari Dinas
Perhubungan, serta 1 orang dari Dinas Sosial dan Penanggulangan Kemiskinan Kota Bandung, dan
juga kepada 2 orang masyarakat umum; 3) Studi dokumen yaitu Perda Kota Bandung No. 26 Tahun
2009 tentang Kesetaraan dan Pemberdayaan Cacat, serta Pekerjaan Umum No. 30 Tahun 2006 Tentang
Pedoman Teknis Fasilitas dan Aksesibilitas Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dimensi aksesibilitas belum memenuhi kriteria ideal.
Dimensi yang belum terealisasikan dengan baik adalah Aksesibilitas Keselamatan, Aksesibilitas
Kegunaan, dan Aksesibilitas Kemandirian dengan 4 aspek yang belum terealisasikan dengan baik, serta
Aksesibilitas Kemudahan dengan 6 aspek yang belum terealisasikan. Kemudian pada tingkatan
aksesibilitas, Aksesibilitas keselematan, Aksesibilitas kegunaan, serta Aksesibilitas kemanidirian
dengan 4 aspeknya yang menempati tingkatan Not Fully Accessible, serta Aksesibilitas kegunaan
dengan 6 aspeknya yang menempati tingkatan Not Fully Accessible. Temuan menunjukan bahwa
aksesibilitas pada angkutan umum bus Damri masih belum semua terpenuhi dari berbagai dimensi bagi
penyandang disabilitas.