Abstract:
Penyakit Dengue merupakan salah satu penyakit yang berbahaya di dunia dan penyebarannya
sangat cepat. Kasus penyakit Dengue cenderung meningkat setiap tahunnya, terutama di
Indonesia. Jika dilihat secara geografis, kota Bandung merupakan tempat yang cocok untuk
berkembangnya nyamuk Aedes dan padatnya penduduk di Kota Bandung meningkatkan risiko
terserang penyakit Dengue. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Bandung, terdapat
1.786 pasien pada tahun 2017 dan mengalami peningkatan menjadi 3.394 pasien pada tahun 2018.
Dengan melihat pertimbangan tersebut, maka akan dilakukan analisis risiko relatif penyebaran
penyakit Dengue di Kota Bandung untuk melihat kecamatan mana saja yang memiliki risiko
terserang penyakit Dengue paling tinggi. Perhitungan risiko relatif akan diestimasi dengan
menggunakan pendekatan frekuentis dan Bayesian. Untuk pendekatan frekuentis, akan digunakan
model Standardized Morbidity Ratio (SMR). Untuk pendekatan Bayesian, digunakan model
spasial Besag, York & Mollie (BYM). Model spasial ini dipilih karena berdasarkan pengujian
Indeks Moran, diketahui bahwa data penderita Dengue di kota Bandung mempunyai autokorelasi
spasial. Pada model BYM, beberapa nilai hyperparameter yang berbeda akan disimulasikan
untuk mencari model BYM yang paling sesuai dengan data penderita Dengue di Kota Bandung.
Dari hasil analisa kecocokan model dengan data, yang diuji dengan metode Deviance Information
Criterion (DIC), diperoleh nilai hyperparameter terbaik pada model BYM ini adalah (0,75;
0,005) dengan 0,75 sebagai nilai hi dan 0,005 sebagai nilai ni. Berdasarkan hasil estimasi risiko
relatif dengan menerapkan model yang terbaik ini, diketahui bahwa kecamatan dengan risiko
relatif sangat tinggi adalah Antapani, Buahbatu, Lengkong dan Rancasari, sedangkan kecamatan
dengan risiko relatif tinggi adalah Arcamanik, Bandung Kidul dan Cinambo. Diharapkan dengan
diketahuinya hasil estimasi ini, bisa diupayakan pencegahan dini agar jumlah penderita Dengue
tidak terus bertambah.