Abstract:
Pencahayaan alami merupakan faktor yang penting dalam bangunan perkantoran dimana dengan pemenuhan pencahayaan alami sesuai standar aktivitas di kantor dapat mengurangi pengunaan pencahayaan buatan, sehingga mengurangi konsumsi energi pada bangunan perkantoran hingga 27%.
Graha Unilever merupakan salah satu kantor yang menerapkan prinsip bangunan hijau yang berlokasi di BSD City, Tangerang. Kawasan Graha Unilever telah meraih sertifikasi Green Mark Gold+, serta beberapa penghargaan bergengsi lainnya. Graha Unilever pun terus berusaha meningkatkan performa bangunannya, dan mempunyai rencana untuk meraih sertifikasi Green Mark Platinum. Selain itu, Graha Unilever mempunyai harapan untuk menjadi Net Zero Building pada tahun 2025.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan sirip pembayang terhadap performa pencahayaan alami pada ruang kantor bangunan Graha Unilever dan juga mengetahui upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan performa pencahayaan alami pada bangunan Graha Unilever untuk meningkatkan penilaian Green Mark dan Greenship.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif-evaluatif dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Penelitian dimulai dengan melakukan observasi langsung di lapangan untuk mengamati dan mencatat langsung fenomena yang terjadi dan melakukan eksperimen berupa simulasi menggunakan software Velux Daylight Visualizer 3. Simulasi dengan berbagai model akan digunakan untuk melihat intensitas pencahayaan alami yang terjadi pada bangunan Graha Unilever.
Berdasarkan simulasi, penambahan light shelf memberikan dampak terbesar dalam peningkatan intensitas cahaya alami yang masuk ke dalam ruangan yaitu sebanyak +611,48% menurut standar Green Mark, dan +57,67% menurut standar Greenship. Light shelf yang digunakan adalah light shelf dengan kemiringan 20° pada bagian utara, 30° pada bagian selatan, dan 30° pada bagian timur dan barat dengan menghilangkan 1 sirip pembayang pada bagian atas light shelf.
Poin yang didapatkan dari Green Mark bagian NRB 1-5 Daylighting subbab (a) adalah 0,5 poin karena hasil simulasi modifikasi belum menunjukkan tercapainya ruangan yang memiliki 500 lux dengan jarak minimal 3m dari bukaan, namun dengan hanya rata-rata jarak 2,3m dari bukaan.
Pada rating tool Green Mark bagian NRB 1-10 Energy Efficiency Practices & Features poin (d), dengan menggunakan fitur light shelf mendapatkan 3 poin dari kriteria setiap penurunan 1% mendapatkan 3 poin.
Pada rating tool Greenship bagian EEC 1 Optimized Efficiency Energy Performance, subbab 1B setiap penurunan 3% mendapat 1 poin, sehingga dengan penambahan light shelf dapat mendapatkan 1 poin karena terjadi penurunan IKE sebanyak 3%.
Simulasi yang telah dilakukan berpotensi untuk meningkatkan penilaian Green Mark dan Greenship. Diharapkan berdasarkan simulasi ini dapat menjadi rekomendasi modifikasi bagi pihak Unilever sehingga dapat meningkatkan poin dalam penilaian Green Mark dan Greenship.
Pada bangunan Graha Unilever, pemenuhan kriteria Green Mark bagian Daylighting dari Singapura sulit dicapai walaupun bangunan telah mendapat poin penuh pada kriteria Greenship Greenship bagian Daylighting. Sehingga dibutuhkan usaha lebih untuk memenuhi kriteria Green Mark. Kriteria Green Mark belum tentu bisa dicapai bangunan di Indonesia, walaupun bangunan
ii
tersebut telah memenuhi standar lokal, yaitu Greenship. Tidak semua kriteria Green Mark ada di kriteria Greenship.
Mendapatkan sertifikasi bangunan hijau dari luar negeri merupakan nilai lebih, namun sebaiknya bangunan-bangunan di Indonesia mengejar rating tools lokal seperti Greenship yang telah disesuaikan dengan kondisi (iklim, cuaca, dsb.) negaranya terlebih dahulu sebelum kriteria dari luar negeri untuk mendapatkan sertifikasi sebagai bangunan hijau.