Adaptasi rumah pascabencana sebagai bentuk resiliensi dilihat dari perubahan elemen fisik pada hunian tetap Batur

Show simple item record

dc.contributor.advisor Dwisusanto, Yohanes Basuki
dc.contributor.author Soetrisnanto, Galuh Astari
dc.date.accessioned 2020-10-14T05:38:54Z
dc.date.available 2020-10-14T05:38:54Z
dc.date.issued 2020
dc.identifier.other skp39772
dc.identifier.uri http://hdl.handle.net/123456789/11284
dc.description 6198 - FTA en_US
dc.description.abstract Gunung Merapi telah mengalami beberapa erupsi dan merupakan salah satu gunung merapi aktif yang ada di Indonesia, menyebabkan kerusakan pada komunitas yang tinggal di Yogyakarta. Setelah erupsi besar yang terjadi September 2010, pemerintah dan organisasi non pemerintahan telah bekerja untuk membangun kembali fasilitas dan hunian yang hancur terkena dampak bencana. Walau rekonstruksi hunian dilakukan oleh pemerintah, tidak dipungkiri bahwa dengan waktu pembangunan yang terbatas, masyarakat tidak sepenuhnya dapat terlibat dalam proses pembangunan. Setelah dihuni selama 10 tahun, terdapat perubahan pada unit rumah yang mebuktikan bahwa terdapat resiliensi komunitas dalam bentuk adaptasi fisik yang menarik untuk diteliti. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mencari tahu apakah rumah-rumah di hunian tetap Batur di Kabupaten Sleman memperlihatkan karakteristik resiliensi dalam bentuk adaptasi fisik bangunan. Selain itu, mencari tahu halhal apa saja yang dapat dikembangkan dalam proses untuk pembangunan rumah-rumah pasca bencana selanjutnya. Penelitian menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif.dengan cara mendeskripsikan kondisi fisik rumah-rumah di hunian tetap Batur dan mencari tahu perubahan apa saja yang terjadi pada rumah masyarakat. Data dikumpulkan dari hasil wawancara langsung dengan masyarakat yang tinggal pada hunian tersebut dan observasi lapangan untuk melihat kondisi bangunan rumah secara langsung. Hasilnya berupa bentuk perubahan yang terjadi pada unit Huntap Batur adalah penambahan permukaan berupa cat dinding dan pemasangan ubin, perubahan komponen berupa kanopi, pagar, dinding, jendela dan pintu, serta perubahan spasial berupa pembentukan fungsi ruang untuk warung, perluasan teras daan garasi, penyatuan dua rumah, dan perubahan kamar tidur menjadi ruang keluarga. Resiliensi komunitas pada Hunian Tetap Batur ditemukan pada tiga faktor yaitu faktor ekonomi spesifiknya pada sumber daya ekonomi; faktor sosial pada social embedness, sense of community dan kepemimpinan; serta faktor manusia. Saran yang dapat diberikan kepada pihak yang melaksanakan supaya memperhatikan kembali bentuk rumah yang dapat lebih sesuai dengan kebutuhan masing-masing kawasan yang akan dibangun dan juga mempertimbangkan saran warga, sehingga dapat lebih baik dalam mengalokasikan uang pembangunan pada kebutuhan utama yang lebih akurat terhadap keperluan komunitas. en_US
dc.language.iso Indonesia en_US
dc.publisher Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik - UNPAR en_US
dc.subject Bencana en_US
dc.subject Resiliensi en_US
dc.subject Adaptasi Fisik en_US
dc.subject Perubahan en_US
dc.title Adaptasi rumah pascabencana sebagai bentuk resiliensi dilihat dari perubahan elemen fisik pada hunian tetap Batur en_US
dc.type Undergraduate Theses en_US
dc.identifier.nim/npm NPM2016420159
dc.identifier.nidn/nidk NIDN0428035801
dc.identifier.kodeprodi KODEPRODI611#Arsitektur


Files in this item

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record

Search UNPAR-IR


Advanced Search

Browse

My Account