dc.description.abstract |
Gunung Merapi telah mengalami beberapa erupsi dan merupakan salah satu gunung
merapi aktif yang ada di Indonesia, menyebabkan kerusakan pada komunitas yang tinggal
di Yogyakarta. Setelah erupsi besar yang terjadi September 2010, pemerintah dan
organisasi non pemerintahan telah bekerja untuk membangun kembali fasilitas dan
hunian yang hancur terkena dampak bencana.
Walau rekonstruksi hunian dilakukan oleh pemerintah, tidak dipungkiri bahwa
dengan waktu pembangunan yang terbatas, masyarakat tidak sepenuhnya dapat terlibat
dalam proses pembangunan. Setelah dihuni selama 10 tahun, terdapat perubahan pada
unit rumah yang mebuktikan bahwa terdapat resiliensi komunitas dalam bentuk adaptasi
fisik yang menarik untuk diteliti. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mencari tahu
apakah rumah-rumah di hunian tetap Batur di Kabupaten Sleman memperlihatkan
karakteristik resiliensi dalam bentuk adaptasi fisik bangunan. Selain itu, mencari tahu halhal
apa saja yang dapat dikembangkan dalam proses untuk pembangunan rumah-rumah
pasca bencana selanjutnya.
Penelitian menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif.dengan cara
mendeskripsikan kondisi fisik rumah-rumah di hunian tetap Batur dan mencari tahu
perubahan apa saja yang terjadi pada rumah masyarakat. Data dikumpulkan dari hasil
wawancara langsung dengan masyarakat yang tinggal pada hunian tersebut dan observasi
lapangan untuk melihat kondisi bangunan rumah secara langsung.
Hasilnya berupa bentuk perubahan yang terjadi pada unit Huntap Batur adalah
penambahan permukaan berupa cat dinding dan pemasangan ubin, perubahan komponen
berupa kanopi, pagar, dinding, jendela dan pintu, serta perubahan spasial berupa
pembentukan fungsi ruang untuk warung, perluasan teras daan garasi, penyatuan dua
rumah, dan perubahan kamar tidur menjadi ruang keluarga.
Resiliensi komunitas pada Hunian Tetap Batur ditemukan pada tiga faktor yaitu
faktor ekonomi spesifiknya pada sumber daya ekonomi; faktor sosial pada social
embedness, sense of community dan kepemimpinan; serta faktor manusia.
Saran yang dapat diberikan kepada pihak yang melaksanakan supaya memperhatikan
kembali bentuk rumah yang dapat lebih sesuai dengan kebutuhan masing-masing
kawasan yang akan dibangun dan juga mempertimbangkan saran warga, sehingga dapat
lebih baik dalam mengalokasikan uang pembangunan pada kebutuhan utama yang lebih
akurat terhadap keperluan komunitas. |
en_US |