dc.description.abstract |
Untuk membentuk sebuah ruang publik yang berhasil, diperlukan pembelajaran tingkah laku masyarakat setempat dan penguasaan target pengunjung sehingga desain ruang publik tidak hanya menyesuaikan kriteria-kriteria dari teori para ahli, tetapi juga beradaptasi untuk merespon kebutuhan pengunjung ( responsive ). Mengingat bahwa teori-teori ruang publik banyak didapatkan dan dibuat oleh parah ahli dari negara-negara maju, maka Indonesia yang merupakan negara berkembang tentu perlu menelaah kembali setiap kriteria agar sesuai dengan kebutuhan penggunanya. Pada Teras Cihampelas, terjadi fenomena ketidak-seimbangan konsentrasi aktivitas pengunjung pada setiap zona. Dari 5 zona pada Teras Cihampelas, 4 zona memiliki konsentrasi aktivitas yang cukup tinggi, sedangkan 1 zona lainnya memiliki konsentrasi pengunjung yang rendah. Satu zona ini hanya sering dilewati oleh pengunjung dibandingkan diam beraktivitas di dalamnya meskipun untuk waktu yang sebentar. Ketidak-seimbangan perilaku konsentrasi aktivitas pengunjung ini akhirnya menjadi masalah bagi pemilik kios pada zona tersebut, hingga akhirnya beberapa pemilik kios memutuskan untuk kembali menjadi PKL yang berjualan di pinggir Jalan Cihampelas. Padahal, barang yang dijual-belikan oleh kios pada zona ini hampir sama dengan 1 zona lainnya, namun konsentrasi pengunjung pada zona lainnya cukup terbilang tinggi. Maka dari itu penelitian ini memberi telaah bagaimana perilaku konsentrasi pengunjung di Teras Cihampelas terbentuk serta menemukan faktor-faktor yang mempengaruhinya pada batas pada aspek aksesibilitas, pangalaman ruang, dan liveability. Penemuan faktor-faktor ini rupanya tidak dapat mempengaruhi konsentrasi aktivitas secara sendiri-sendiri, rupanya keterkaitan antar faktor dapat mempengaruhi jenis aktivitas yang terjadi di dalam suatu area. |
en_US |