Abstract:
Bermukim merupakan salah satu wujud dari kebudayaan manusia, hal ini berlangsung akibat adanya proses keterkaitan antara manusia dengan lingkungannya. Konsep budaya bermukim ini akan terus berkembang seiring dengan perkembangan peradaban manusia. Sebagai salah satu permukiman kuno di Kota Cirebon, Desa Trusmi telah tumbuh sejak akhir abad ke 14. Perkembangan Desa Trusmi yang dikenal sebagai desa penghasil beras dan sirih hingga kini dikenal sebagai desa pusat wisata batik merupakan wujud dari adanya perkembangan peradaban masyarakatnya. Perjalanan sejarah yang panjang didukung dengan adanya artefak peninggalan di masa lalu, Situs Ki Buyut Trusmi membuat Desa Trusmi Cirebon ini menarik untuk diteliti. Sehingga, tujuan dari penilitian ini yaitu untuk memahami bagaimana deskripsi konsep bermukim masyarakat Desa Trusmi Cirebon. Penelitian menggunakan metode deskriptif-textual analysis dengan pendekatan kualitatif. Metode deskriptif digunakan dengan cara mendeskripsikan dan menginterpretasikan keadaan eksisting Desa Trusmi Cirebon secara komprehensif dan sesuai dengan kondisi saat ini. Metode textual analysis digunakan dengan cara menggunakan teori konsep bermukim oleh Christian Noberg-Schulz yang diterbitkan dalam rangkaian tulisan berupa buku. Data dikelompokan menjadi tiga bagian, yaitu morfologi, topologi, dan tipologi yang menjadi poin pembahasan untuk menguraikan objek studi dalam konsep bermukim. Analisis konsep bermukim dikaitkan dengan dua teori pendekatan, yaitu identifikasi dan orientasi. Berdasarkan hasil analisis dapat ditelusuri bagaimana konsep bermukim masyarakat Desa Trusmi Cirebon dapat berkembang seiring dengan perkembangan peradaban masyarakat Trusmi. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa konsep bermukim masyarakat Trusmi Cirebon terbentuk atas 3 konsep utama yaitu 1) konsep bermukim secara alami, 2) konsep bermukim secara kolektif, dan 3) konsep bermukim secara privat.