dc.contributor.advisor |
Dwisusanto, Yohanes Basuki |
|
dc.contributor.author |
Devi, Michelle Indira |
|
dc.date.accessioned |
2020-09-21T05:48:40Z |
|
dc.date.available |
2020-09-21T05:48:40Z |
|
dc.date.issued |
2020 |
|
dc.identifier.other |
skp39773 |
|
dc.identifier.uri |
http://hdl.handle.net/123456789/11192 |
|
dc.description |
6199 - FTA |
en_US |
dc.description.abstract |
Letak Indonesia berada pada titik pertemuan lempeng-lempeng tektonik dunia yang dikelilingi cincin api. Salah satu bencana alam yang cukup parah di Indoensia merupakan letusan merapi yang terjadi pada tahun 2010. Perumahan dan bencana alam memiliki hubungan yang sangat erat di wilayah yang rawan bencana alam. Kehidupan pasca bencana selalu membutuhkan upaya memukimkan kembali masyarakat pasca bencana adanya program pembangunan kembali resiliensi komunitas dan juga bangunan hunian itu sendiri. Huntap Batur ini merupakan program pemerintah untuk mengganti kerusakan rumah mereka pasca bencana. Huntap dibangun 10 tahun yang lalu dan huntap ini masih bertahan hingga sekarang sehingga dapat dianggap memiliki ketahanan. Ketahanan yang
terjadi dapat berupa fisik dan juga sosial. Namun dalam penelitian ini, penulis akan membahas aspek sosial dimana sangat berkaitan dengan interaksi sosial antar warga. Dimana interaksi sosial menjadi sarana/faktor dalam kebertahanan permukiman. Pembahasan interaksi sosial pada huntap ini dapat melihat sejauh mana community resilience terjadi. Interaksi sosial ini membantu proses adaptasi secara sosial kehidupan
pasca bencana mereka. Kebutuhan ruang komunal dilakukan berdasarkan sebuah kesadaran bahwa interaksi sosial merupakan bagian dari kebutuhan keseharian tanpa harus dibatasi. Penelitian ini dilakukan dengan metode deskriptif dan kualitatif dimana penulis melakukan survey pada lapangan untuk melihat interaksi sosial yang terjadi dan mewawancarai beberapa sampel masyarakat. Pembahasan dalam penelitian ini menyimpulkan bahwa interaksi sosial yang terjadi menguatkan ikatan sosial pada huntap ini. Interaksi yang terjalin membuat mereka saling mengenal dan juga saling membantu satu sama lain dalam kehidupan sosial mereka. Dimana interaksi sosial yang mereka jalin memiliki ikatan yang kuat walaupun memiliki kendala pada ruang komunal mereka. Setelah dianalisis dengan teori Norris et al. (2008) mereka memiliki modal sosial yang tinggi. Dengan memiliki ikatan sosial dan modal sosial yang tinggi, kemampuan mereka untuk bangkit kembali ketika terjadi bencana akan lebih cepat. Seperti pada teori ketahan komunitas yaitu bagaimana suatu lingkungan atau hunian dapat kembali pulih dengan secepatnya. Hal ini dapat kita lihat bahwa interaksi sosial pada Huntap Batur dapat dianggap bertahan sejak pembangunan nya pada sepuluh tahun yang lalu. |
en_US |
dc.language.iso |
Indonesia |
en_US |
dc.publisher |
Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik - UNPAR |
en_US |
dc.subject |
hunian pasca bencana |
en_US |
dc.subject |
resiliensi komunitas |
en_US |
dc.subject |
ruang komunal |
en_US |
dc.title |
Interaksi sosial pada ruang komunal terhadap ketahanan komunitas masyarakat pascabencana di huntap Batur, Sleman, Yogyakarta |
en_US |
dc.type |
Undergraduate Theses |
en_US |
dc.identifier.nim/npm |
NPM2016420012 |
|
dc.identifier.nidn/nidk |
NIDN0428035801 |
|
dc.identifier.kodeprodi |
KODEPRODI611#Arsitektur |
|